Quantcast
Channel: Olive's Journey
Viewing all 367 articles
Browse latest View live

Sweet Twenty Eight Hundred Shangri-La KL

$
0
0

Welcome to Kuala Lumpur. Suara merdu memenuhi ruang kabin yang senyap menyadarkan dari tidur sepanjang setengah penerbangan Kuching ke Kuala Lumpur (KL). Senang kembali ke kota ini meski hanya untuk mengistirahatkan badan. Karena mengambil penerbangan sore dan masih mampir pula ke Terminal Bersepadu Selatan menghadiri undangan halal bihalal; saya baru berdiri tegak di depan Dian, resepsionis Shangri-la KL, hotel bintang 5 nomor satu di KL, jelang pagi. Bersyukur, pemesanan kamar telah dilakukan seminggu sebelumnya sehingga saat check in petugas tinggal mencocokkan data.

shangrila kuala lumpur, staycation di KL

Selamat datang di Shangri-La KL

Sebelum beranjak ke kamar, saya meminta untuk dibangunkan pk 06 meski Dian bertanya sampai dua kali untuk meyakinkan dirinya tak salah mencatat pesan tersebut. Saya menempati Executive Room di lantai 20, dengan jendela yang menghadap ke tengah kota. Sebuah pinggan berisi aneka buah segar tersaji di atas meja kecil di hadapannya dengan sepucuk kartu selamat datang berdiri di sisinya. Kamar yang super lega untuk bersantai, dan menikmati kemewahan yang tersedia di dalamnya. Tak berlebihan bila diri hanya ingin menyelami sisa malam dengan secangkir teh panas sembari berendam di dalam bathtub setelah seharian beraktifitas di luar ruang.

executive room shangrila kl, hotel di kuala lumpur

Executive Room (dok. Shangri-La KL)

shangrila KL, hotel bintang lima KL, hotel kuala lumpur

Pilihan teh dan kawan-kawan yang tersedia di dalam kamar

Kilau kota KL dari cahaya gedung pencakar langitnya yang masih terjaga dan lampu kendaraan yang berlalu lalang malam itu saya nikmati sejenak sebelum membersihkan diri dan mengucapkan selamat malam pada twin towers yang malu-malu memunggungi kamar.

Usai mandi, badan yang segar kembali bersemangat untuk mengecek dan membalas beberapa email yang berlomba memenuhi kotak surat setelah seminggu kepayahan menjangkau jaringan nirkabel. Fasilitas WiFi super kencang yang disediakan Shangri-La tak disia-siakan. Dan ketika mata mulai lelah, malam pun ditutup Amazing Grace yang mengalun dari saluran tv kabel yang dipilih acak.

execuive room shangrila KL, shangrila, staycation kuala lumpur

Meja kerja saya di Executive Room

Tak ada larangan untuk memanjakan diri ketika lelah memberi sinyal pada tubuh. Ternyata, hasrat untuk jalan pagi dikalahkan oleh betah yang bertamu pagi itu agar berlama-lama menikmati hangat dan empuknya pembaringan. Meski sudah dibangunkan lewat morning call pada pk 06, kaki baru beranjak dari lantai 20 pk 09.30 untuk mencari sarapan di Lemon Garden Cafe.

Masih ada 30 menit untuk mengganjal perut sebelum waktu pertemuan. Saya mencomot beberapa potong buah segar, yogurt, salad, memesan omelet kesukaan serta mengudap makanan lain yang menggoda di depan mata hingga ramah tamah pagi dengan potongan dimsum diinterupsi kerlingan genit dari gawai yang terlentang di atas meja. Belum semua yang tersaji di ruangan ini dicicipi tapi perut yang penuh mengingatkan untuk bergegas menemui Diana Lee Wright, Director of Digital Marketing Shangri-La Hotel Malaysia yang telah menanti di Lobby Lounge.

lemon garden cafe, shangrila kuala lumpur, staycation di kuala lumpur

Menikmati sarapan di teras Lemon Garden Cafe itu seru lho (dok. Shangri-La KL)

kolam renang shangrila, shangrila kuala lumpur, hotel kuala lumpur

Lelah? bersantai di tempat ini akan menyejukkan hati yang lelah dan menyegarkan pikiran (dok. Shangri-La KL)

Mengetahui saya akan menikmati weekend staycation di KL dan bermalam di Shangri-La Hotel, Diana mengajak untuk bertemu di Minggu pagi. Usai memesan secangkir teh panas untuk menemani bincang pagi, keriuhan pun dimulai. Bukan karena pagi itu ada serombongan orang Hindustan lalu lalang menarik koper di depan lobi tapi Cheah Keat Fui, Director of Sales and Marketing Shangri-La KL bergabung di meja kami. Keat Fui pagi itu sangat sibuk mengurus tamu-tamunya yang baru datang dari India. Ada sekitar 400 orang yang menginap di Shangri-La, menghadiri satu pertemuan di Kuala Lumpur. Karena jumlah mereka cukup besar, maka lobi khusus untuk grup tak menampung sehingga sebagian beralih ke depan Lobby Lounge hotel nomor satu di Kuala Lumpur menurut survey Tripadvisor ini.

royal suite shangri-la kuala lumpur, kamar jokowi, jokowi

The Royal Suite

royal room shangrila kuala lumpur, hotel di kuala lumpur, ruang kerja jokowi

Ruang tamu di The Royal Suite (dok. Diana Lee Wright)

Dengan 101 kamar suite, Shangri-La terhitung sebagai hotel yang memiliki kamar suite terbanyak dibanding hotel lain di KL. Dari segi lokasi, letaknya pun sangat strategis. Untuk menggapai titik-titik landmark KL, tersedia layanan shuttle dari hotel ke Petronas Twin Tower, KL Tower serta pusat perbelanjaan yang ada di seputar Bukit Bintang seperti Suria KLCC dan Pavilion. Sebagai pejalan yang lebih senang melatih otot-otot kaki, berjalan 5 – 10 menit melalui pedestrian ke tempat-tempat menarik tersebut sembari cuci mata adalah pilihan yang menyenangkan.

royal suite shangrila, shanrila kl

Ruang tidur Royal Suite 2800 (dok. Shangri-La KL)

Lebih menyenangkan lagi, bagi pasangan atau keluarga yang ingin staycation di KL; ada paket week end menarik dengan harga RM 448/malam atau sekitar Rp 1,5 juta/malam termasuk sarapan di Lemon Garden Café. Khusus untuk 2 (dua) orang anak yang makan bersama orang tuanya, tidak dikenai biaya lagi. Mau menambah kamar untuk keluarga? Untuk kamar kedua, kamu akan mendapatkan harga cantik RM 288 (sekitar Rp 971,000)/malam saja. Seru kan liburan akhir pekan dan menikmati KL bersama keluarga? Mau paket menarik lainnya? cek di SINI dulu sebelum memilih kamar yang sesuai keinginan hatimu.

royal room shangrila kuala lumpur, hotel di kuala lumpur, royal suite

Pemandangan dari meja di ruang kerja di kamar tidur The Royal Suite

Di tengah obrolan yang seru, Ms Keat Fui pamit untuk menyambut rombongan yang semakin  ramai saja memenuhi lobi, meninggalkan Diana dan saya yang kemudian beranjak pula dari Lobby Lounge. Kami melanjutkan bincang di The Royal Suite, ruang yang dikenal juga sebagai Sweet Twenty Eight Hundred di lantai 28. Saya menyebutnya, “Rumah Mungil”, ruang pilihan pejabat dan orang – orang penting dari berbagai negara sebagai rumah sementara kala mereka bertugas di KL, termasuk presiden Indonesia, Jokowi yang menempati kamar ini pada Juni 2015 lalu.

Percaya nggak, meski dalam 2 (dua) tahun perjalanan waktu sering bepergian ke Malaysia; kaki ini belum pernah sekali pun menginjak KLCC. Yang namanya twin tower hanya beberapa kali dilihat dari jauh, tak ada hasrat untuk mendekat apalagi bergambar di bawah kakinya seperti impian sebagian orang yang bertandang ke KL. Lalu, terjadilah keajaiban.

alkitab di hotel, hotel di kuala lumpur, shangrila kuala lumpur

Terakhir menemukan Bible di kamar hotel di Pattaya setahun lalu. Menemukan ini di jelang pagi di Shangri-La membuat hati bernyanyi .. my God is awesome He can move mountains …

Terkadang TUHAN ijinkan ada riak-riak kecil bahkan gelombang dahsyat menghantam bidukmu agar KasihNYA kau rasa dan kesetiaanNYA tak kau tampik dalam setiap langkah hidupmu. Jangan marah kalau TUHAN tak mengabulkan setiap pintamu meski untuk itu kau telah berusaha dengan segenap daya hingga air mata terkuras habis. Percayalah, DIA tahu yang terbaik untukmu.

Shangri-La Hotel Kuala Lumpur
11 Jalan Sultan Ismail, Kuala Lumpur, 50250, Malaysia
Telp. (60 3) 2032 2388
Fax. (60 3) 2070 1514
Email: Reservations

Dan … di Minggu siang itu, mata diajak menikmati menara kembar dari meja kerja di ruang tidur The Royal Suite yang dihiasi lampu kristal Swarovski, membuat rasa penasaran untuk mampir sebentar sebelum beranjak kembali ke Jakarta. O,ya, kalau kamu bawa anak-anak berjalan ke KLCC sempatkanlah untuk menengok Petrosains dan Aquaria, mereka pasti suka.

shangrila kuala lumpur

Kamar mandinya ada bathtub dan shower cubicle

Waktu yang terbatas, membuat saya hanya sempat memindai kilat koleksi buku di Kinokuniya sebelum turun ke stasiun LRT dan menumpang kereta ke Central Station lalu menyambung dengan KLIA Express. Ingin perjalanan yang berbeda dari yang lain, ciptakanlah perjalananmu sendiri! saleum [oli3ve].



Sindrom Daring, Kala Rasa Tersaingi Eksistensi

$
0
0

Bulan lalu ketika melakukan perjalan ke satu kota, saya mendapat akomodasi di sebuah hotel yang besar dan mewah. Meski hotelnya sudah tua namun jejak kejayaannya masih terlihat dengan jelas, terlebih hotel tersebut menjulang di pusat kota. Bersama dua orang teman jalan, kami berbagi sebuah kamar apartment suites yang dilengkapi 3 (tiga) ruang tidur. Satu kamar utama dengan kamar mandi sendiri serta dua kamar yang dihubungkan dengan kamar mandi untuk berbagi. Ruangan lain yang ada di dalam kamar besar itu adalah ruang pantry lengkap dengan perkakas dan perlengkapan dapur, ruang tamu, ruang makan dan toilet khusus tamu.

Dengan segala fasilitas mewah tersebut, malam harinya, bergantian kami sibuk mengangkat telpon dan menghujani petugas front desk kenapa tak ada akses bebas ke jaringan nirkabel? Jawaban yang kami terima sungguh mengejutkan karena untuk mendapatkan fasilitas tersebut, penghuni kamar dikenakan biaya tambahan sebesar Rp 60,000 per hari/pengakses.

Yang kemudian muncul di kepala adalah, ingatan pada fasilitas FREE WiFi yang ditawarkan oleh sebuah kedai makan di Surabaya seperti berikut ini.

restoran free wifi, fasilitas wifi gratis

Warung aja ada FREE WiFi

Woww!! untuk ukuran hotel berkelas penambahan biaya tersebut menjadi pertanyaan. Tapi itu sudah menjadi ketentuan manajemen hotel. Meski akhirnya sedikit melunak setelah dikomplen beramai-ramai, akhirnya kami mendapatkan akses nirkabel gratis walau hanya untuk satu orang pengguna dan larinya sekencang siput.

Agoda.com, situs pemesanan hotel terdepan dunia yang terdaftar di bursa saham NASDAQ (Nasdaq:PCLN) dan merupakan bagian dari grup Priceline; mengumumkan hasil studi Travel Smarts Survey terbarunya yang dilakukan pada Juli 2015 lalu.

Survey yang melibatkan 5000 responden, perwakilan pelanggan Agoda.com dari seluruh dunia ini sampai pada sebuah kesimpulan bahwa para pejalan yang merupakan pelaku wisata, lebih memilih fasilitas nirkabel dibandingkan sarapan gratis sewaktu perjalanan. Hal ini berdasarkan persentase jawaban atas pertanyaan utama yang diajukan: fasilitas gratis apa yang paling diinginkan sewaktu menginap di hotel? Meski jawaban ini hanya menang tipis dari pilihan sarapan pagi gratis dengan rasio 55% : 45%, hal ini menunjukkan para pejalan lebih memilih fasilitas internet daripada sarapan.

Adalah lumrah bagi para pengakses daring mencari tempat yang nyaman bagi mereka untuk tetap berinteraksi dengan dunia maya di mana pun mereka berada. Terlebih bagi pejalan yang sehari-harinya terbiasa memberi sapa di jejaring sosial bahkan punya ketergantungan daring,. Sehari tak online rasanya seperti makan sayur tanpa garam. Bagaimana jika berhari-hari?

travel smart survey, agoda, survey agoda

Hasil Travel Smart Survey Agoda (dok. Agoda.com)

Berkenan dengan hasil survey tersebut, John Brown, Kepala Pelaksana Operasional Agoda.com mengatakan,”Kedua fasilitas yang ditawarkan memang penting bagi para pelanggan kami. Rekanan hotel kami pun menyadari hal ini, maka dari itu, mayoritas hotel-hotel yang ditawarkan lewat Agoda.com memberikan harga terbaik termasuk di dalamnya fasilitas WiFi dan sarapan pagi.”

Fasilitas lain yang tak kalah penting bagi para pejalan adalah ukuran tempat tidur. 75% responden memilih mendapatkan ukuran tempat tidur lebih besar dibandingkan ukuran luas ruang kamar mandi di dalam kamar hotel mereka.

Kami masih dalam perjalanan menuju tempat pertemuan ketika gawai di tangan berdendang riang. Sebuah pesan muncul di grup WA yang dihuni oleh beberapa kawan pejalan,”yang duluan sampai di tkp, cari tempat yang WiFi-nya gratis dan kencang ya.”

Terbukti, ketersediaan jaringan nirkabel yang GRATIS dan CEPAT menjadi salah satu daya pikat bagi para pengakses daring menentukan dan memilih tempat untuk bercengkerama dibandingkan rasa yang ditawarkan. Saleum [oli3ve]

Tulisan terkait lainnya:

Sebelumnya dipublikasikan dan headline di Kompasiana (Jumat, 4 Sept 2015)


Terkenang Pixy dan Max

$
0
0

+ Bapak ingin ditemani keliling pulau besok pagi, Nduk
Lhaaa ‘nggak bisa mbak, kami mau main sendiri saja.
+ Tapi ini permintaan khusus dari Bapak, Nduk. Kalian harus ikut
Ya embaaaaak, itu bukan permintaan tapi titah. Lagi pula, kami sudah tak ada baju ganti buat besok
+ Yo wis, besok dicarikan baju ganti tapi temani Bapak ya, Nduk
– Uwaaaat?

Bapak lagi, bapak lagi … kenapa selalu bawa-bawa nama bapak sih? Memangnya bapak nggak bisa pergi sendiri dengan teman-temannya?

tanjung berakit, bintan resort, wisata bintan

Numpang pipis di Tanjung Berakit ;)

Aku jadi ingat almarhum kakek. Kakek dan nenek tinggal di lain kota, 3 jam perjalanan dengan kendaraan umum jika tak ada jalan yang longsor. Kalau musim penghujan dan bukit-bukit yang akar pohonnya dibabat ngambek, tanah bercampur lumpur akan tumpah di jalan poros yang menghubungkan kota tempat tinggal kami ke kota kakek. Aku pernah merasakan duduk berjam-jam hingga pantatku pegal untuk sampai ke rumah kakek. Meski capek, hatiku senang dan menikmati ketika kami berhenti beristirahat di tengah jalan yang sepi, membuka bekal air panas dan menyeduh teh ditemani rembulan dan bintang-bintang.

Setiap bulan, di jelang tanggal penerimaan uang pensiun, kakek pasti muncul di rumah. Aku senang sekali menguntitnya kemana pun dia pergi. Tak dipaksa. Tak pula harus ikut bila ajakan bermain kawan-kawan sepermainanku lebih menggiurkan.

Kenapa harus menyudahi malam dengan perbincangan seperti ini? Pejalan macam manalah aku ini, diajak jalan-jalan malah mencari-cari alasan yang tak masuk akal agar tak usah ikut. Sejak kapan baju dijadikan alasan agar terbebas dari pengawasan?

kuburan anjing, kuburan di bintan resort

Doa untuk dia yang setia menemani berjalan

Tak ingin berbantah lebih panjang, kami harus luluh meski ada sisa mangkel yang diam-diam merayap di sudut hati. Mungkin bapak memang ingin ditemani berjalan, meski keinginan itu tak kudengar terucap dari bibirnya. Namun sorak kegirangan memancar di sudut matanya melihat kami muncul dengan langkah gontai di depannya pagi ini.

Kendaraan kami beriringan meninggalkan pusat kota Batam menuju Telaga Punggur. Dari sana, kami akan menumpang Bintan Resort Ferries untuk menyeberang ke Bandar Bentar Telani (BBT), Bintan. Enak toh, tinggal duduk manis koq manyun, Nduk?

Semua orang tampak terburu-buru. Saat feri bersandar di BBT, aku pun buru-buru mengganti baju dengan kaos dari si mbak lalu tergesa mengejar mereka yang sudah duduk manis di dalam bus jemputan. Cepat sekali mereka berjalan. Tak ada waktu untuk menikmati BBT, bahkan niat mampir sekejap ke toilet pun terpaksa kuurungkan. Keputusan yang kusesalkan, karena setelahnya aku tak menemukan toilet yang memadai untuk menuntaskan hasrat ke belakang. Tak pula leluasa menikmati sajian buah segar dan minuman yang disediakan di dalam bus karena harus mengatur ketahanan tanki penampungan agar tak bocor halus di tengah perjalanan.

kuburan anjing, mummi anjing

Pixi atau Max?

Kami hanya bisa menikmati godaan pasir putih yang melambai-lambai dari bibir pantai, melirik kerlingan manja dedaunan yang menari di kiri kanan jalan mulus yang kami lalui. Desiran bayu pun hanya sayup terdengar. Ingin bercengkerama dengan mereka, menikmati alam tanpa diburu-buru seperti orang kebelet, yang tak sabar menunggu antrian panjang di depan toilet darurat di Tanjung Berakit.

Bapak tak banyak bicara. Dia lebih asik dengan teman-temannya. Hanya sesekali melemparkan senyum, ketika melihat kami sepertinya menikmati perjalanan. Baru saja hendak berjalan ke pantai setelah mengantri di toilet, kami sudah diajak pulang. Ah, mungkin bapak lelah, sehingga  tak mau piknik di pantai. Atau … terlalu banyak yang dipikirkannya.

Ayo cepat, kita mau ke spa. Teriak abang-abang yang menjadi kepala regu di dalam bus kami. Semoga pilihan kali ini lebih menyenangkan, bukankah treatment spa dapat menenangkan pikiran? Kami sampai di pelataran sebuah resort yang dikelilingi pepohonan. Back to nature, pemandangan sehari-hari di kota yang dipagari beton terkadang memuakkan sehingga perlu juga relaksasi di balik rimbun pepohonan.

Ketika semua orang bergegas melongok tempat spa, aku berlambat-lambat turun dari bus. Mengambil jalan pintas menerabas tanaman perdu memasuki taman kecil yang tampak seperti hutan mini, di balik jalan setapak yang seharusnya dilalui. Di sana aku menemui mereka, ‘nyaris kuinjak tempat bermainnya. Ouuccch, maaf.

kuburan anjing, kuburan di bintan, wisata bintan

Max atau Pixy?

Dua buah gundukan disemen, dengan hiasan kerang sebagai penanda. Tak ada nama yang terpatri di sana. Hanya gambar si empunya tempat peristirahatan dalam pigura bening dan sisa hio yang ditancapkan di depannya. Aku masih asik menikmati sepi di sana, ketika langkah bergegas kembali terdengar dari balik hutan mini.

Go ask Marc, he may know who are they. Seru kakek bule yang mengintip keriuhan di luar, dari celah-celah daun. Ia diam-diam berdiri di belakangku.
Who is Marc?
The owner, the man on the yellow tshirt.

Setelah mengucapkan terima kasih, aku berlari menghampiri lelaki yang menjulang di samping mobil bapak. Cepet toh mbak, mobil bapak mau jalan. Abang-abang itu koq maunya buru-buru aja? Dia memelototiku dari pintu bus yang terbuka. Aku tak peduli, aku malah sengaja berdiri di depan Marc, menghalangi agar mobil bapak tak bisa keluar hehehe. Terkadang kamu harus sedikit bandel agar mereka tahu kamu punya kemauan.

Pixy and Max. Mereka menemani selama bertahun di sini, mereka layak diberi tempat beristirahat yang nyaman, di bawah pohon tempat mereka biasa bermain. Penjelasan singkat dari Marc Thalmann, pemilik resort, membuatku terus melebarkan senyum menyambut tatapan sinis abang-abang saat melangkah ke dalam bus.

Aku teringat pada Boomer yang selalu girang bermain denganku. Berulang kali kuingatkan hanya boleh galak pada maling, tak boleh usil sama tetangga. Namun terus saja isengnya muncul setiap kali ada yang melintas di depan rumah. Dia akan berlari mengendus bokong siapa pun yang lewat. Daya endusnya sangat tajam, dirinya tahu saat aku baru turun dari angkutan umum di ujung blok A, komplek tempat kami tinggal.

Kata Andi tetangga sebelah tembok, dia tak akan sabar menanti aku muncul di perempatan jalan. Ekornya terus dikibas-kibaskan dan berdendang dengan berisik. Saat dilihatnya bayangan langkahku muncul, dia berlari dan melompat menyambutku sembari melaporkan semua yang telah dilakukannya selama ditinggal pergi. Boomer tak memiliki tempat beristirahat, tak ada upacara sederhana untuk melepas kepergiannya. Dia mati ditoki tetangga, yang iri melihat senyum riangnya, saleum [oli3ve].


56 Cara untuk Diakui Dunia

$
0
0

Sekarang jamannya berinteraksi dengan teknologi aplikasi. Mau berkegiatan, dimudahkan dengan adanya aplikasi yang mendukung. Kepikiran ingin makanan kesukaan di rumah makan tertentu tanpa meninggalkan rumah, tinggal pesan lewat aplikasi melalui telepon pintar. Hendak bepergian; cari tiket pesan hotel buka aplikasi. Berencana menghadiri pertemuan di satu tempat namun enggan membawa kendaraan karena macet, pesan kendaraan jemputan pakai aplikasi.

Kebiasaan – kebiasaan yang tadinya dilakukan secara manual, beralih kekinian mengikuti perkembangan teknologi. Permasalahannya, banyak orang yang sudah kadung nyaman di lingkungannya, tak serta merta bisa menerima perubahan yang terjadi. Meski pun perubahan itu adalah untuk kebaikan diri, jika dirasa tak mendesak maka yang bersangkutan akan berusaha untuk bertahan dalam hangatnya tempurung peraduannya.

Dua minggu lalu, saya menerima kiriman draft buku dari Eileen Rachman, psikolog dan motivator yang tulisan-tulisannya sudah bertebaran dalam bentuk buku mau pun jurnal di berbagai media. Satu kehormatan diberi kesempatan menyelami karya dari seorang yang tulisannya banyak memotivasi dan menginspirasi, sebelum buku tersebut diluncurkan untuk publik.

jadilah warga dunia, eileen rachman

Jadilah Warga Dunia (dok. @eileenrachman)

Penasaran dengan isinya sejak melihat sampul hitam dengan judul berwarna merah yang diperkenalkan melalui media sosial. Begitu terima softcopy draft lewat email, jatuh hati dengan tata letak kreasi Reda Gaudiamo yang menyenangkan … Berubah itu sulit apabila kita belum merasakan urgensinya … pengembangan diri itu bermuara pada diri sendiri. Karenanya mari berbenah diri! sebuah pengantar yang mengajak untuk semakin tenggelam dalam bukunya.

Minggu siang (04/09/2015) di Kedai Kopi 89, Kemang, kami duduk di meja kayu yang dibuat memanjang, berbincang ke sana ke mari tentang apa saja yang mendadak muncul di kepala. Selain Ibu Eileen dan tim Experd, siang itu ada Hanna Latuputty, pustakawan dan pakar literasi informasi; serta teman-teman blogger kk Indri, mak Aulia dan tante Tity. Datang dari berbagai latar belakang dan minat, melahirkan obrolan gado-gado yang menarik.

Mbak Hanna berkisah tentang perpustakaan yang didirikan bersama kawan-kawannya, tentang membangun minat baca dari usia dini dan bagaimana dirinya menikmati 20 tahun sebagai pustakawan sekolah di The British International School (BIS) hingga sampai pada keputusan untuk bekerja sendiri.

Saya bekerja di sebuah industri yang sedang galau. Goyang karena situasi ekonomi yang tak menentu dan permintaan pasar yang lesu. Goyah karena penentu kebijakan harus berhati-hati dalam mengambil keputusan agar tak sekadar bereksperimen yang malah meresahkan lapisan di bawahnya. Rombak sana rombak sini, berdampak pada pengeluaran berlebih yang tak perlu disaat kita mesti mengetatkan ikan pinggang.

Perubahan yang terjadi dalam masyarakat dari yang kecil hingga yang besar, berpengaruh pada pola pikir pengambilan keputusan setiap pribadi. Bagaimana menyikapi setiap perubahan agar tetap bisa bertahan mengikuti perubahan arus dan perkembangan di sekeliling kita?

Ada 56 langkah yang dapat menjadi acuan untuk menjadi bagian yang diperhitungkan dunia, yang dibeberkan oleh Ibu Eileen dalam bukunya.

  • Bersiap Menjadi Warga Masa Depan

Untuk bisa menjadi bagian dari warga masa depan, tentu kita harus menyiapkan diri. Masa yang akan datang pastinya berbeda dengan masa yang kita jalani sekarang. Contoh sederhana, apa yang kita jalani hari ini, tak sama dengan yang terjadi pada masa sepuluh tahun yang lalu.

Karenanya, setiap orang mesti jeli meraba seperti apa masa depan yang tak jelas dalam pandangan itu. Cara berpikir, berkomunikasi, menanggapi sesuatu serta pandangan para pakar dan siapa pun yang berpengaruh akan membentuk mentalitas dan daya tahan generasi mendatang. Bersiaplah!

  • Be Present. Live Your Life

Hadir, realistis dan sadar apa yang ada di depan kita serta menghargai dan memanfaatkan sumber daya yang kita miliki. Latih diri dan nikmati kepiawaian dalam bidang yang kita tekuni, sehingga menjadi orang yang paling terlatih di bidang itu.

  • Masa Depan itu: Kita

Camkan pada diri bahwa masa depan itu tergantung pada dirimu. Miliki inisiatif perbaikan, tahu menghitung efisiensi dan efektivitas kerja, tahu apakah upaya kita memberi kontribusi signifikan pada pertambahan nilai organisasi di kemudian hari serta waspada terhadap keadaan-keadaan yang sudah mulai “basi” di sekitar kita.

  • Profesi Masa Depan tidak Sama dengan Sekarang

Pernah kepikiran tidak kalau pekerjaan seperti computer programmer, network engineer, wedding organizer atau financial consultant tak pernah mampir di daftar cita-cita pada masa 20 tahun yang lalu?

Hal yang sama akan terjadi di masa depan. Karenanya, miliki sikap kreatif, belajar melampaui apa diajarkan di sekolah dan membuat ancang-ancang yang kuat untuk belajar, bersiaga dan berubah.

  • Move On, Move Up

Jangan jalan di tempat! Jangan melenakan diri pada pencapaian hari ini. Kegagalan tidak untuk diratapi sepanjang masa. Bangkit, bergerak dan melangkah. Jadikan kegagalan sebagai pelajaran untuk menghadapi tantangan yang baru.

  • Stay Hungry, Stay Foolish

Your time is limited, don’t waste it living someone else’s life … stay hungry, stay foolish. Bagaimana tetap mempertahankan rasa lapar ketika perut sudah kenyang? Bertingkahlah seperti orang bodoh yang memiliki kemauan untuk belajar menjadi pandai. Tak ada orang yang dilahirkan serta merta menjadi pintar, semua melalui proses belajar.

Jadi, ingat-ingatlah selalu pesan Steve Job di atas, selalu berlatih untuk haus pada kesempatan dan peluang.

  • Kembangkan “Start Up” Mentality

Untuk menjadi warga masa depan, kamu harus siap menghadapi situasi tanpa zona nyaman dan memiliki mental wirausahawan muda yang selalu siap memulai (start up). Mengenai hal ini Phil Libin, CEO Evernote, berpendapat bahwa sebuah perusahaan baru bisa semakin maju dan berinovasi terus bila karyawannya memiliki sifat militan dan melihat pekerjaan sebagai tanjakan menuju puncak.

  • Cermat Bermedia Sosial

Pemimpin masa depan perlu memiliki new media literacy untuk mendorong organisasinya dapat berkomunikasi lebih efektif dengan para pelanggannya. Kita perlu mennunggangi dan memperhitungkan teknologi, mengoptimalisasi kekuatan manusiawi untuk berinteraksi, memasarkan produk, memperkenalkan diri dan brand melalui sosial media yang tersedia dan hampir tidak berbayar itu.

  • Harus Melek Komputer

Melek komputer bukan berarti dituntut menjadi pakar IT tapi paham akan perkembangan teknologi. Sehingga dapat mengoptimalkan kemajuan teknologi untuk menunjang perkembangan organisasi tanpa diperbudak oleh teknologi. Manfaatkan aplikasi online dengan baik.

  • Punya Wawasan Bisnis

Semua orang yang menjadi bagian dari satu organisasi harus mempunyai pandangan yang sama akan logika jalan bisnis, bahkan perlu menghayati logika perusahaan tentang the money making.

Kreativitas dan pengetahuan pasar, tak hanya dikuasai bagian penjualan, tapi juga perlu dipahami oleh bagian produksi, pelayanan pelanggan, dan bagian keuangan.

  • Tetap Optimis

Tak ada kesuksesan yang didapat dengan cuma-cuma. Setiap orang sukses pasti pernah mengalami kegagalan. Orang sukses tak sekadar berani gagal, ia memiliki kekuatan sendiri untuk tetap bangun dari kegagalan. Memahami banyak hal yang harus dilalui untuk menggapai keberhasilan, karenanya ia tak akan membiarkan satu pun kegagalan mematahkan semangatnya.

  • Bisa Berpikir Strategis

Berpikir strategis adalah menciptakan kaitan antara ide, rencana, dan individu-individu seperti jaring, yang mungkin tidak tampak sama sekali di mata orang banyak. Siapa yang tak mengenal Go-Jek saat ini? Setiap hari di setiap tempat, hampir semua orang membincangkan si Go-Jek.

Siapa di balik sukses Go-Jek? Orang yang dapat melihat dan memanfaatkan peluang serta berpikir strategis untuk mengembangkan ide dan membuat koneksi di antara jaringan yang ada, Nadiem Makarim.

  • Siap dengan Cara Apa Pun

Teknologi memungkinkan kita berkomunikasi dan berkolaborasi dengan siapa pun di belahan dunia mana pun. Otomatis jam kerja pun bergeser tak lagi “9 to 5” tapi menjadi 24 jam. Pertanyaannya, siapkah kita menghadapi perbedaan kultur, waktu, kebiasaan berkomunikasi dan berkolaborasi?

  • Think: Journey

Seorang bermental pemimpin, tahu cara mendampingi anak buah ketika bertransisi dari situasi lama ke situasi yang baru, ketika akan “oper gigi” dalam berkinerja. Mengajari kesadaran akan waktu, serta memiliki kemampuan mengajari anak buah dalam menerima kesuksesan atau pun kegagalan.

Hidup adalah melakukan perjalanan, jalan yang dilalui tak lurus-lurus saja. Terkadang harus mendaki, kadang menurun. Kemas perjalananmu dengan baik.

  • Inspirator itu: Kita

Inspirator tak selalu orang hebat. Dia bisa ada di sekitar hidup kita, dan dia sering tanpa sadar merubah hidup orang lain. Untuk bisa menginspirasi, hal pertama yang perlu ditanyakan pada diri sendiri adalah apakah kita terinspirasi oleh pemikiran sendiri? Jangan hanya menyibukkan diri melihat keluar, pikirkan juga dirimu.

If you really want to inspire others to do something, then this ‘something’ should be a big part of your life – [Marc Chernoff]

jadilah warga dunia, kedai kopi 89, eileen rachman

Usai berbincang men-Jadilah Warga Dunia (dok. @experd)

Itulah 15 cara untuk dijalani agar diakui dunia. Sayangnya kita sering salah kaprah dalam mengambil langkah karena terbawa arus. Siapa pun yang ingin terus maju mengikuti perkembangan jaman, HARUS menguasai teknologi. Kalau kata Ibu Eileen, pembelajaran apa yang kamu dapatkan harus dimplementasikan di tempat dimana pun kamu berkerja. Harus dipraktekkan, jangan dibiarkan mengendap sebatas ide yang tak berguna.

Mau tahu 41 cara lain lengkap dengan contoh tokoh suksesnya? usaha donk! Miliki dan baca Jadilah Warga Dunia karya Eileen Rachman yang akan diluncurkan pada Selasa, 29 September 2015 mendatang. Buku ini hanyalah sebuah penyampai pesan sarat dorongan yang menyemangati pembaca untuk berpikir dan bertindak cepat. Seperti apa masa depanmu? semua tergantung pada bagaimana tanggapanmu terhadap isi buku ini, bagaimana engkau mengambil langkah dan mempersiapkannya di masa kini. Pilihan ada di tanganmu, saleum [oli3ve].


Festival German Cinema kembali ke Layar Bioskop Indonesia

$
0
0

Jelang 1960, adalah masa-masa rekonstruksi pasca perang bagi Jerman. Masa dimana pertumbuhan ekonomi sedang digalakkan, masa dimana sebagian orang memainkan peran berpura-pura dan tak mau tahu menahu tentang peristiwa kamp Auschwitz.

Di saat semua orang ingin melupakan masa lalu yang kelam, Johann Radman muncul bagai bayi tak berdosa untuk mengorek-ngorek borok yang ditutupi. Radmann, jaksa muda, idealis dan ambisius, tertarik untuk melakukan investigasi terhadap Charles Schulz, mantan komandan di kamp Auschwitz yang sekarang menjadi pengajar di salah satu sekolah di Berlin.

Dari satu kasus sederhana, Radmann tenggelam di balik tumpukan dokumen, ditarik ke dalam labirin waktu untuk mengungkap satu rahasia besar yang tersimpan di US Army Dokumen Center. Radmann mendapati bahwa, para mantan Nazi itu, adalah tokoh masyarakat yang disegani, yang bertebaran di panggung politik, untuk menghindari tuntutan negara karena perbuatan mereka di masa lalu.

Labyrinth of Lies (Im Labyrinth des Schweigens, film yang disutradarai Giulio Ricciarelli, akan menjadi film pembuka German Festival 2015 hari ini, Jumat (11 September 2015) di Epicentrum XXI Jakarta. Film drama dengan latar belakang Jerman pada 1950an, mengisahkan seorang jaksa muda yang mulai membuka dan menyelidiki pembunuhan massal yang terjadi pada masa Nazi. Ia mengangkat kasus-kasus yang sebelumnya tidak disadari atau diakui oleh publik yang ternyata melibatkan banyak tokoh masyarakat di Jerman. Labyrinth of Lies ditayangkan perdana ada Toronto International Film Festival 2014 lalu, dibintangi oleh Alexander Fehling.

german cinema, festival film jerman, Labyrinth of Lies

Labyrinth of Lies (dok. latinpost.com)

Tahun ini menjadi tahun keempat penyelenggaraan festival film German Cinema di layar bioskop Indonesia yang akan berlangsung 11–20 September 2015. Film-film yang dipilih tahun ini adalah produksi Jerman terbaru yang telah mendapatkan pengakuan dan memenangi berbagai penghargaan internasional.

German Cinema adalah bagian dari Jerman Fest, sebuah festival yang berlangsung selama tiga bulan dalam rangka merayakan persahabatan antara Indonesia dan Jerman. Jerman Fest adalah sebuah inisiatif dari Kementerian Luar Negeri Jerman dan diselenggarakan oleh Goethe-Institut di Indonesia, Kedutaan Besar Jerman di Jakarta dan EKONID.

Film lain yang tak boleh dilewatkan di festival ini adalah film dokumenter Das Salz der Erde (The Salt of the Earth) yang disutradarai oleh Wim Wenders dan Juliano Ribeiro Salgado, film yang memecahkan rekor penjualan tiket bioskop di Jerman Fack Ju Göhte (Suck me Shakespeer), sebuah komedi tentang seorang pelaku kriminal yang dipaksa menjadi seorang guru, Als wir träumten (As We Were Dreaming), film terbaru karya Andreas Dresen, sutradara film Jerman yang terkenal dengan karakter realistisnya.

Dengan pilihan yang beragam dari lanskap perfilman Jerman, festival yang pada 2014 menarik lebih dari 12.000 pengunjung ini, berusaha untuk terus menginspirasi penonton film Indonesia dan meningkatkan ketertarikan pada film-film Jerman. Film-film Jerman kontemporer terus berubah dan menawarkan pandangan baru, mulai dari isu keluarga dan cinta hingga pemahaman mengenai agama dan sejarah.

Pemutaran akan diadakan di tujuh kota di Indonesia, yaitu Jakarta , Bandung , Yogyakarta, Makassar, Surabaya, Denpasar dan Medan. Penyelenggara yakin, semua penonton dapat menikmati seluruh film yang karena dilengkapi dengan teks berbahasa Inggris. Jadwal dan sinopsis film dapat dilihat di SINI, saleum [oli3ve].

sebelumnya dipublikasian dan headline di Kompasiana, Jumat (11/09/2015).


Ngopi Pagi dengan Opa Francis di Pinaon Time Tunnel

$
0
0

Aku mengawali hari kala mentari masih senang meringkuk di peraduannya. Mengayun langkah bersama sepi yang menyelimuti taman kota yang lama tak disapa warga kotanya. Dalam setiap langkah, kukenang ketergesaan ketika mentari yang sama perlahan beranjak ke barat setahun yang lalu. Hari itu, dua hari menjelang pergantian tahun. Kuredam rindu yang sedang membara pada pulau Mutiara, di gerbang Cornwallis pulau Penang. Tak dapat kuulur waktu selain bergegas dari hadapanmu dengan sejumput janji tuk merangkai asa kan waktu yang lebih bersahabat bagi kita untuk berbincang.

George Wilhelm Friedrich Hegel, learn from history

Belajarlah dari sejarah

Commitment is what transforms a promise into reality – [Abraham Lincoln]

Hari ini, setahun berlalu. Aku kembali untuk mewujudkan janji yang pernah terucap. Bukan ke Benteng Cornwallis, tapi di sini, di taman kota Georgetown, tempatmu melepas segala lelah.

Dari kejauhan kulihat dirimu sedang bercengkerama dengan beberapa kawan. Kulambatkan langkah enggan mendekat, namun lambaianmu meyakinkan diri untuk menghampiri kelompok kecilmu. Senyum lebarmu menghapus segala keraguan yang membayangi diri.

Kemarilah anak muda, kamu pasti senang berkenalan dengan mereka.
Apa kabar Opa Francis? Maafkan terlalu lama menunggu.

francis light, sejarah penang

Sejarah Penang tak lepas dari Francis Light

Kau memperkenalkan Opa Logan bersaudara (James dan Bram Logan) yang sebelumnya sudah kusapa serta para misionaris yang kemudian kuketahui sebagai pendeta Hutchings, pendeta John Ince, dan pendeta Bausum yang bersamamu pagi itu.

John Ince, misionaris pertama yang menjejak di Penang. Bersama istrinya Joanna, mereka memenuhi panggilan pelayanan semasa masih menjadi pengantin baru, dikirim oleh British Protestant Christian Missionary untuk melayani orang-orang Cina di Penang dan Malaka.

Tentang Opa Hutchings yang lebih senang dipanggil Opa Robert; kau mengenalkannya sebagai pendiri Penang Free School, sekolah menengah pertama yang berbahasa Inggris di kawasan Asia Tenggara; orang di balik berdirinya St George Church.

pinaon time tunnel, sejarah penang, museum penang

Pengunjung menikmati perjalanan masa di Pinaon Time Tunnel

Kamu sudah ke St George kan?
Aku menggeleng, semoga ada kesempatan untuk melihat lebih dekat tempat itu.
Kamu harus ke sana. Dan aku hanya tersenyum, mengingat padatnya jadwal selama di Penang.

Lelaki di sebelah Opa Ince, sepertinya tak asing. Belum sempat diperkenalkan ketika seorang perempuan bergabung dan memperkenalkan diri, Maria Dyer. Aku senang menikmati senyum ramah pendiri St Margaret’s Primary School Singapura itu. Wajah teduh yang penuh karisma, sorot mata penuh kasih seorang ibu yang memancarkan energi yang sangat kuat. Oma Maria adalah misionaris perempuan pertama di Penang, istri dari lelaki yang sedari tadi hanya menikmati perbincangan pagi ini, Opa Johann Bausum.

Japan's surrender, Zipper Operation

Pengunjung menikmati tautan sejarah di belakang HT Walker yang menandatangani penyerahan diri Jepang kepada Inggris di atas HMS Nelson

Waktu jualah yang kembali melerai reuni kecil yang mulai hangat dengan perbincangan menyenangkan. Tentang pelayanan yang membawa para misionaris muda itu menempuh perjalanan jauh meninggalkan negerinya demi memenuhi panggilan jiwa. Kehidupan baru di negeri beriklim tropis yang sangat berbeda dengan kehidupan di tempat asal. Serta semangat yang tak pupus, mengemban misi meski harus berpisah dengan orang-orang terkasih karena wabah malaria,  tipus dan kolera yang merajelela dan menelan banyak korban jiwa.

Semangat! Jika yang satu itu bisa kau pelihara dan tetap jaga di dalam hatimu, percayalah engkau tak akan goyah menghadapi tantangan hidup. Meski tak kau tahu apa yang akan terjadi di depan mata, semangat itu yang akan membuat dirimu tetap kuat merangkai masa depan. Jangan terlena dengan masa mudamu anak muda, beri kesempatan dirimu untuk menikmati kesenangannya yang dapat kau pertanggungjawabkan untuk masa depanmu.

3d time tunnel penang, museum penang

Menanti Opa Francis di kedai kopi Pinaon Time Tunnel

Kutinggalkan taman kota, meninggalkan mereka yang tenggelam dalam keseruannya bernostalgia dengan perjalanan hari kemarin yang telah dilalui. Dengan Opa Francis kembali kami mengatur janji pertemuan di kedai kopi di tengah kota sebelum beranjak dari kotanya.

Penasaran akan kisah perjalanan sejarah negeri ini, membawa langkah mengunjungi Pinaon Time Tunnel. Pinaon, nama yang diberikan oleh James Lancaster ketika mampir di Pulau Jerejak pada awal abad 15. Aku memilih duduk di salah satu sudut kedai kopinya, menanti Opa Francis. Aku ingin berbagi kisah pertemuan dengan Lancaster di kebun rempah yang membuatku tergesa meninggalkan taman kota pagi itu. Aaah, terlalu banyak rasa yang berkecamuk, teramat banyak hal mengejutkan dan menyenangkan yang kutemui dalam dua hari terakhir di sini. Aku bingung harus  dari mana memulai penuturan masanya? Untuk meluruhkan campuran rasa yang belumlah rela beranjak, kupesan secangkir kopi hitam sembari menikmati lalu lalang mereka yang berkeliaran di depan kedai.

pinaon time tunnel, sejarah penang, museum di penang, history of penang

Dua orang bhiku yang menyusuri jejak di Time Tunnel

Malaysia pada masa perang dunia kedua, dirancang sebagai basis pertahanan Inggris untuk merebut kembali Singapura dari Jepang. Port Dickson dan Port Swettenham (sekarang Pelabuhan Klang, Selangor) pun dipilih sebagai kota pelabuhan Inggris untuk mengatur strategi penyerangan lewat Operasi Zipper. Pecahnya perang Pasifik, jadikan operasi tersebut tak berjalan sesuai dengan rencana. Hingga pada 2 September 1945, Jepang yang diwakili Laksamana Uzumi akhirnya menyatakan tunduk dan menyerahkan Penang kepada HTC Walker di atas kapal HMS Nelson, setelah disentak dengan serangan bom pada 11 Desember 1941.

Kulihat tiga bhiku sibuk mondar-mandir di lorong waktu. Di salah satu sudutnya mereka berhenti, memandangi gambar Sun Yat Sen yang menggantung di sana. Pada 1910, Sun Yat Sen dan keluarganya tinggal di Penang. Di tahun itu juga, pada 13 November di rumah yang sekaligus dijadikan sebagai kantor, sejarah mencatat sebuah pertemuan diadakan untuk menyusun rencana dan strategi kebangkitan Guangzhou yang dikenal sebagai Konferensi Penang. Pertemuan yang memiliki pengaruh besar terhadap perjalanan sosial politik Cina.

Francis Light, francis light's grave

Tempat peristirahatan Francis Light

Lima puluh tahun setelah berdirinya Penang, Om William Light, putera tertua Opa Francis; dipercaya membangun tata kota Adelaide di pesisir Selatan Australia pada 1836. Opa Francis mengakhiri perjalanannya pada 21 Oktober 1794, karena malaria yang menghajar pertahanan tubuhnya delapan tahun setelah berdirinya Penang. Janji adalah hutang, karenanya harus ditepati. Saleum [oli3ve].


Menggonggong hingga Berlendir di Batam

$
0
0

Psssttt … makannya jangan terlalu kenyang, masih ada babak selanjutnya yang lebih seru.” Towel lelaki ganteng yang duduk di samping saya pada sebuah jamuan makan malam. Hmmm … menurutmu ada babak yang lebih seru selain merebahkan diri di atas pembaringan usai santap malam karena kekenyangan? Bukannya berhenti memamah biak, lelaki di sebelah ini malah kembali menghampiri meja panjang tempat aneka hidangan penggugah selera disajikan.

Melihatnya mondar-mandir mengambil penganan, membuat tangan kembali memegang sendok dan garpu mengembangkan seni bersantap memenuhi rongga perut dan menyisakan sedikit ruang yang renggang untuk hidangan penutup. Selang 10 menit, setelah memberi kesempatan kepada saluran cerna untuk beristirahat sejenak, kami pun beranjak dari meja makan mencari keseruan menyenangkan hati.

kuliner batam, gonggong

Gonggong, kuliner Batam

Pk 22.30 di malam minggu ketika perut masih penuh, kami kembali duduk di sebuah meja makan menanti pesanan untuk bersantap (lagi). Kata seorang kawan yang mendengar rencana kami untuk bertandang ke kotanya, belum sah menginjak kotanya bila belum menyantap hidangan yang satu ini. Karenanya, kami bersabar menanti hidangan penutup malam itu di Green Land Seafood, Batam.

Saya tak sempat mencari tahu seperti apa wujud dari hidangan spesial ini hingga dia terhidang di depan mata. Tak menunggu lama hingga cangkang-cangkang berwarna kekuningan yang saling berhimpitan di atas piring dihantarkan bersama sepiring kecil sambal kacang. Canarium stroumbus adalah biota laut yang banyak dijumpai di peraian Kepulauan Riau. Oleh warga setempat, lebih dikenal dengan sebutan Gonggong dan dengan gampang bisa didapatkan di kedai-kedai seafood di Batam dan sekitarnya. Gonggong yang tersaji di meja makan biasanya diolah dengan cara direbus dan dinikmati dengan dicocolkan ke dalam sambal.

gonggong, kuliner batam

Gini lhoo cara mengeluarkan gonggong dari cangkangnya

gonggong, kuliner batam

Ini bentuk si gonggong

Meski siap santap, diperlukan sedikit kesabaran dan teknik mencucuk untuk mengeluarkan gonggong dari cangkangnya. Pegang cangkangnya, ambil sebatang tusuk gigi dan cucukkan ke daging gonggong lalu tarik pelan-pelan. Jangan terburu nafsu untuk mengeluarkan isinya, gunakan segenap rasa dan keluarkan dia dengan perlahan, cocolkan ke dalam sambal lalu haaaap … masukkan ke dalam rongga mulut dan nikmati kekenyalan dagingnya bersentuhan dengan geligi dan ujung lidah.

Menurut lelaki yang menemani santap malam itu, gonggong mengandung kandungan protein tinggi sehingga banyak dilirik oleh kaum adam untuk meningkatkan vitalitas. Oh yes oh yaaa … perlu hati-hati jangan karena ingin menggenjot energi makannya berlebihan karena kandungan kolesterol gonggong juga cukup tinggi. Kolesterol naik bisa diredam dengan penangkal petir eh diet, tapi kalo tegangan memuncak dan tak ada salurannya bisa bocor halus ;)

gonggong, kuliner batam

Cocol ke sambal sebelum disantap

Eh tapi ada bocor halus bisa disumbat dengan yang berlendir untuk menggapai kepuasan rasa. Jika gonggong disantap di malam hari, pemuasnya dinikmati di pagi hari. Kami mendapatkannya di sebuah kedai di pujasera sebuah ruko di kawasan pecinan, Nagoya.

Mie Lendir, nama yang terasa janggal di kuping untuk hidangan yang tersaji hangat di atas meja bulat yang bisa diputar ke kanan dan ke kiri. Ia sejenis mie tumis yang terdiri atas paduan rebusan mie kuning dan taoge disiram dengan bumbu kacang yang kental, ditaburi irisan cabe rawit, daun bawang, bawang goreng dan sebutir telur rebus. Kuah kacangnya terasa manis, sehingga bagi lidah yang terbiasa dengan mie asin akan menolak rasa kuah kacang yang bentuknya seperti lendir ini.

kuliner batam, mie lendir

Mie Lendir

Untuk menghasilkan rasa yang jreeeng dan menggigit, sebelum disantap gerus irisan cabe rawit dan aduk hingga mie dan kuah lendir yang manis itu memadu rasa. Setelah campurannya cukup rata, gulung mienya dengan garpu, dan nikmati sensasi rasanya saat suapan pertama menyentuh ujung lidah, memenuhi ronga mulut dan merambat hingga ke ubun-ubun. Agar sensasinya lebih mantap, jangan lupa mengalirkan teh tarik panas sebagai penghantar lelehan Mie Lendir menggapai rongga perut untuk menyempurnakan pagi sebelum berkegiatan. Saleum [oli3ve].


#TBIGath1: Bertemu, Tertawa lalu Curhat

$
0
0

Pernahkah terbayang cangkang telur yang biasanya dibuang setelah isinya dikeluarkan untuk dibuat telur dadar, campuran kue dan sebagainya dapat disulap menjadi pernak-pernik yang cantik bahkan menjadi wadah untuk cincin berlian? Bagaimana mengosongkan telur agar cangkangnya tak rusak? Sepertinya pikiran itulah yang berkeliaran di kepala Adlienz siang itu. Ia terpaku di ujung meja. Badannya sebentar dilipat sebentar tegak. Daun matanya selang-seling membelalak lalu memicing, sesekali dikucek dari balik kaca mata yang kadang melorot.

atrasina adlina, travel bloggers indonesia

Adlienz yang katanya kalem (dok. Taufan Gio)

Berada di ruang semi terbuka dengan perut penuh selepas diisi makan siang, dibuai semilir angin membuat mata sedikit susah untuk diajak berkonsentrasi. Adlienz tak sendiri, beberapa pasang mata yang duduk bersama di ruang itu mulai menunjukkan gejala yang sama hingga keajaiban terjadi. Sebutir telur ayam yang bergerak-gerak di depan matanya, dikeluarkan isinya; membuat dirinya terjaga. Telur yang sama yang menyegarkan dan menarik perhatian mata-mata yang terkantuk untuk mendekat dan mengerubungi meja tempat Adlienz menemukan pemandangan yang menyenangkan.

travel bloggers indonesia, tbi gathering

Belajar bersama Lita Jonathans di kelas telur

Kulit telur mungkin tidak ada artinya buat sebagian besar orang. Namun di tangan Lita Jonathans, kulit telur bisa disulap menjadi barang bernilai tinggi yang dilirik oleh pasar luar negeri. Siang itu, di tengah ruang yang dijaga oleh Gatot Kaca, yang lantainya dimeriahkan kupu-kupu dari F. Widyanto; sekumpulan pejalan berkumpul untuk belajar Teknik Dasar Menghias Kulit Telur. Kegiatan siang yang dibawakan oleh Lita Jonathans mendadak riuh dengan candaan seputar telur. Dari kisah mbah dukun sakti yang banyak dicari orang ke pasar kembang hingga cerita pencarian telur busuk mewarnai kegiatan gathering Travel Bloggers Indonesia (TBI) yang digelar di Vila La Lita, Gunung Bunder, Bogor pada 29 – 30 Agustus lalu.

travel bloggers indonesia, tbi gathering

Lita Jonathans menunjukkan cara melubangi telur dengan paku kepada Nugie dan Kk Sinyo

Komunitas adalah sekumpulan orang dengan passion yang seiring dan visi yang sejalan, saling mendukung, saling melengkapi, dan bergandengan tangan untuk melakukan suatu kegiatan demi menggapai tujuan yang diimpikan. Keluarga adalah komunitas terkecil dalam masyarakat. Berangkat dari pengertian ini, #TBIGath1 menjadi ajang kumpul-kumpul resmi pertama yang diadakan oleh komunitas TBI yang anggotanya senang sekali berbagi di grup WhatsApp (WA) dan sesekali berbalas komentar di blog serta media sosial lainnya lalu janjian menumpang kopi darat saat diundang ke kegiatan orang lain.

Tak mudah untuk mengumpulkan pejalan yang tersebar di beberapa kota dan memiliki jadwal jalan yang padat di satu tempat dalam satu kesempatan. Bersyukur 1/3 anggota komunitas TBI yang sengaja datang dari Singapura, Semarang, Yogyakarta, Bandung, Bekasi, Depok, Jakarta, Tangerang dan Bogor dapat berkumpul di Stasiun Bogor pada Sabtu pagi (29/08/2015) lalu.

travel bloggers indonesia, tbi gathering, vila la lita

Bermain tebak-tebakan

Setiap keluarga memiliki kisah dramanya sendiri karena rentetan drama adalah bagian dari proses dalam membangun keluarga yang harmonis. Ada keluarga harmonis luar dalam, ada yang di depan publik pura-pura harmonis tapi di belakang gontok-gontokan, ada keluarga yang sukanya mengiri pada keluarga tetangga, ada keluarga yang senangnya saingan sama tetangga dan sebagainya. Sebagai satu keluarga, komunitas TBI pun tak lepas dari drama yang hanya dimengerti oleh pejalan dalam keluarga ini yang lebih sering berinteraksi di dunia maya sehingga diragukan kekaribannya di dunia nyata. Benarkah demikian?

travel bloggers indonesia, tbi gathering, vila la lita

Kk Bobby berbagi ilmu mengukur koteka yang benar ;)

Karena perjalanan adalah sebuah episode drama, #TBIGath1 pun tak lepas dari drama. Danan Wahyu yang suka jalan-jalan cuap-cuap dan sudah siap berjalan-jalan sembari bercuap-cuap di Bogor, harus rela melewati malam minggu sendiri karena kameranya ditelan ikan kerapu saat liburan di Anambas (drama habis kan?) dan mendadak jurig malam di Batam. Albert Ghana yang usai melewatkan liburan panjang bersama keluarga di rumah terpaksa merelakan tiket terbangnya hangus karena ban mobil bapaknya kempes di saat waktunya mepet untuk berlari mengejar penerbangan di tengah perjalanan menuju bandara Supadio, Pontianak. Lalu, Eka Situmorang-Sir yang sore harinya menyusul ke Gunung Bunder bersama keluarga kecilnya terpaksa putar balik kembali turun ke Jakarta karena kehilangan arah saat menuju lokasi dan tak satu pun yang menjawab panggilannya karena #TBIGath1 memang sengaja menyepi di wilayah yang tak dijangkau sinyal.

travel bloggers indoesia, tbi gathering

Melihat ekspresinya, coba tebak mereka lagi gosipin apa? (dok. Firsta)

travel bloggers indonesia. villa la lita, tbi gathering

Usai tertawa, lalu diam dengerin pengakuan kk Badai, terlaluuu (dok. Firsta)

Setelah mengadakan #TBIShare pada Februari lalu, #TBIGath1 memang dikhususkan untuk berkumpul dan menggelar piknik keluarga TBI. Bertemu muka, bertegur sapa dan berbagi pelukan di dunia nyata. Ada banyak cerita yang terangkai ketika 20 travel blogger kece yang biasanya tak lepas dari gawai berkumpul di satu tempat, mengisi malam minggu dan melewatkan waktu bersama tanpa gangguan bunyi notifikasi dan nada panggil dari telepon pintar karena berada di wilayah fakir sinyal. Tentu tak semua dapat dibagikan melintasi pagar rumah karena kami ingin ada bagian yang hanya untuk kami nikmati bersama di dalam keluarga.

Sebagai pejalan, kami sadar memiliki keterbatasan dan belum banyak berkontribusi untuk kemajuan pariwisata negeri yang sangat kami cintai ini. Tapi, setidaknya kami mau dan berani melangkah keluar dari kenyamanan berinteraksi sebatas di grup WA dan media sosial. Bertatap muka, saling berbagi senyum, berbagi pelukan, bermain teka-teki, bercanda dan tertawa sampai terkencing-kencing, dan yang sedikit serius belajar ilmu dasar SEO. Tentu, kami pun tak lupa untuk makan, makan dan makan, bermain dengan binatang peliharaan, jalan-jalan di hutan serta curhat hingga jelang pagi demi saling memahami apa yang ada di dalam pikiran dan hati setiap anggota keluarga.

vila la lita, tbi gathering, gunung bunder

Kk Tracy dan Kk Badai sedang berkeliling mencari telur

Sampai di sini saya bingung, tulisannya mengarah kemana ya? Kalau yang menulis saja bingung, apalagi yang membacanya? Mari kembali ke telur-telur yang menarik perhatian di atas.

Anggota komunitas TBI adalah cangkang telur yang tadinya berdiri sendiri dan telah mengalami benturan di sana-sini. Ada yang berbentuk telur burung puyuh, telur ayam, telur bebek pun telur burung unta. Setiap cangkang telur dihiasi dengan perjalanan yang penuh warna, serta minat yang beraneka ragam dari pemiliknya. Ada yang mengukir perjalanannya dengan menyelami lautan, mengejar senja, gemar mengembara hingga ke pelosok, mencicipi makanan segala rasa, bahkan ada yang tak bosan mencari kuburan. Telur-telur yang telah berdandan melalui pengalaman berjalan masing-masing ini dikumpulkan dalam satu wadah, untuk saling melengkapi dan membentuk harmonisasi perjalanan.

vila la lita, travel bloggers indonesia. tbi gathering

Manis sekali ya kk Titi, kk Bobby, kk Leo, Nugie dan Kuman eh Ridwan ambil makannya nggak berebut (dok. Firsta)

Sebelum menjadi hiasan yang dipajang dan bernilai tinggi setiap telur akan dikosongkan, dibersihkan, dikeringkan hingga benar-benar kering agar nanti tak busuk dan berulat, lalu diukir sesuai dengan keinginan pengukirnya. Untuk mengosongkan telur, paling tidak diperlukan perkakas dan perlengkapan berikut: pensil untuk menandai telur, paku atau bor kecil untuk melubangi telur, spuit untuk membersihkan cangkang, air cuka, air bersih, wadah untuk isi telur, mangkok untuk mencuci telur dan tentu saja telur yang siap dibor.

vila la lita, tbi gathering

Bayangkan cangkang telur yg pecah ini jika tak dihias, hanya akan dibuang ke tempat sampah.

Sebagai telur yang jauh dari sempurna, cangkang yang kami huni pun tak lepas dari benturan. Tapi kami berharap, kebersamaan yang terus dipupuk dan kesehatian yang terus dijalin akan mengeratkan persaudaraan di setiap liku perjalanan yang kami jumpai. Sebagai keluarga yang bertumbuh dalam kedewasaan, kami mencoba untuk terus menjaga sikap saling menghormati, percaya satu sama lain serta menghargai privacy masing-masing anggota keluarga. Tak ada larangan bagi anggota keluarga untuk menikmati berjalan sendiri dan beraktifitas di luar pagar rumah, sesenang saat kami piknik keluarga dimana kami dapat berbagi serunya perjalanan yang telah dilalui.

taman nasinal halimun salak, travel bloggers indonesia

Tes henpon sponsor ;)

curug cigamea, travel bloggers indonesia, tbi gathering

Sepertiga telur yang berada dalam cangkang TBI (dok. Wira Nurmansyah)

Tulisan ini dibuat jelang 3 (tiga) tahun menjadi keluarga TBI (sebelumnya ITB). Terima kasih kakak-kakak yang selalu mencerahkan hari-hari padat dengan candaan di grup WA yang sangat gampang dialihkan perhatiannya. Meski ada riak-riak, setahun ini adalah masa yang sangat menyenangkan dalam menjalin persahabatan unik yang semakin meyakinkan hati betapa berharganya kesehatian dan kebersamaan ketika menghadapi benturan. Yuk bersama selalu bergandengan tangan, berangkulan dan saling mendukung di tiap perjalanan menyusuri tanah air sesuai misi yang diemban Home Heart Indonesia. Saleum [oli3ve].



Menghirup Dunia: Mengecup dan Memeluk Perjalanan Rasa

$
0
0

Argo Dwipangga melambatkan lajunya seiring terdengarnya suara mendayu-dayu mas-mas memberitahu penumpang yang akan turun untuk bersiap. Lupakan niat untuk terlelap dalam mimpi! Lima jam perjalanan dihabiskan dengan berkelana menyusuri Padang Pasir Thar, ikut termehek-mehek di Ho Chi Minh, mengenang Opa dan Oma Gwan di le petit Chinois, menyelami keindahan Santorini hingga terbangun di Naumburg. Badan masih enggan untuk diajak bangkit, namun suara mas-mas itu semakin mendayu-dayu mengingatkan untuk bersiap turun. Saya menutup buku bersampul hijau pupus di tangan, menyelipkannya ke dalam saku Onye yang hari itu ikut menemani berjalan.

… apa yang kita kerjakan akan berhasil baik, jika dimulai dengan niat yang baik dan dilakukan dengan hati.

stasiun purwokerto, menghirup dunia

Menghirup Dunia, menjejak di Purwokerto

Dengan sisa kalimat dari Naumburg, Kota Cantik Penuh Sejarah yang Nyaris Ditinggalkan tersangkut di kepala, saya mengikuti langkah-langkah penumpang lain bergegas turun dari gerbong menuju pintu keluar. Tak tahu apa yang nantinya akan didapatkan dan dibawa pulang dari kota ini, tapi di sinilah kaki menjejak, Menghirup Dunia di stasiun kereta yang dibangun oleh Staatsspoorwegen pada 1917, Stasiun Purwokerto.

Setiap perjalanan memiliki ceritanya sendiri, pun setiap pejalan memiliki cita rasa dalam meramu kisahnya menjadi sebuah cerita perjalanan yang menarik untuk dinikmati. Menghirup Dunia adalah kumpulan cerita perjalanan aneka rasa 6 (enam) orang pejalan: Fabiola Lawalata, Agata Filiana, Fahmi Anhar, Mindy Jordan, Noni Khairani dan Taufan Gio.

Nyaris dua bulan Menghirup Dunia terjepit di antara tumpukan buku – buku yang dibawa pulang dari gerai buku yang dibiarkan tak tersentuh. Sudah dijadikan model di negeri seberang bahkan dikecup basah oleh salah seorang penulisnya, tapi tak juga dijamah. Maka, bolehlah dia berbangga ketika minggu lalu ia terpilih untuk mengawani di atas kereta sepanjang perjalanan Jakarta – Purwokerto – Jakarta.

Apa yang menarik dari kisah perjalanan yang dituangkan di dalam buku ini?

Karakter tulisan yang dihasilkan oleh setiap penulisnya menunjukkan ciri khas dari pejalan yang bersangkutan. Hal yang dengan mudah dikenali oleh pembaca yang sering mengikuti perjalanan serta berinteraksi dengan mereka lewat blog, atau pun media sosial.

Noni si Nyonya Sepatu misalnya, tulisannya selalu membuat pembaca betah hingga akhir cerita yang kadang mirip drama India. Saya menyebutnya demikian karena lebih sering kisah sedihnya tak membuat tangan bergerak menarik selembar tisu untuk mengusap air mata tapi membuat pembaca merenung lalu senyam-senyum ingat kelakuan sendiri karena dituliskan dengan bahasa yang ringan.

menghirup dunia, wisata terengganu, pantai redang

Menghirup Dunia di Pantai Redang, Terengganu, Malaysia (dok. Taufan Gio)

Dengan dua pejalan cowok yang berbagi kisah perjalanan di dalam buku ini, Fahmi Anhar dan Taufan Gio, kami sering berinteraksi di grup WhatsApp. Bagaimana membedakan tulisan mereka? Taufan Gio yang lebih akrab disapa Kk Badai, adalah penulis perjalanan yang melankolis sedang Fahmi berkawan dengan hiu. Bagian mana dari kumpulan kisah #MenghirupDunia yang ditulisnya? Baca dan nikmati dengan perlahan untuk menemukan jawabannya ;)

Semua kisah dalam buku ini menarik untuk dinikmati. Namun ada dua kisah yang menyenangkan dan membuat terkenang pada perjalanan sendiri. Ada rangkaian kisah dalam You Are My World and I Missed You yang mengingatkan pada perjalanan di akhir 2006 lalu. Perjalanan pulang yang harusnya menggairahkan, menjadi perjalanan paling melelahkan. Bukan karena panjangnya jarak dan lamanya waktu yang harus ditempuh, tapi rasa yang menemani sepanjang perjalanan yang memberatkan langkah. Febi menempuh 16 jam perjalanan Jakarta – Amsterdam dengan transit di Dubai, saya menempuh 16 jam perjalanan Jakarta – Toraja dan transit di Makassar tanpa semangat. Perjalanan yang tak akan diharapkan oleh siapa pun tapi harus dijalani, pulang untuk menjumpai orang terkasih terbujur kaku di depan mata.

Jelang stasiun Cirebon, dalam perjalanan pulang dengan Purwojaya; Malaikat Bercelana Pendek yang dijumpai Noni di Ho Chi Minh City membuat saya mengerti kenapa Menghirup Dunia menemani perjalanan kali ini. Di 30 menit sebelum meninggalkan Purwokerto, Tuhan memberikan kesempatan untuk menikmatinya bersama malaikat kecil yang setahun ini membuat jiwa bersemangat untuk menikmati hidup.

Menghirup Dunia tak sekadar cerita perjalanan yang menyajikan how to get there, how much it cost, dan where to stay yang dengan gampang bisa didapatkan dengan bertanya pada paman Gugel. Ia adalah sekumpulan kisah yang dijumpai, dialami, dirasakan dan dibagikan oleh penulisnya sebagai pelajaran dari sebuah perjalanan. Kata-kata yang terangkai melarutkan emosi pembaca untuk ikut dalam perjalanan rasa yang dituangkan penulisnya. Temukan perjalananmu, rangkai kisahmu dan hiruplah dunia dengan rasamu, saleum [oli3ve].


Tentang Mereka

$
0
0

Beberapa hari yang lalu, langkah saya ditahan oleh seorang kawan di depan pintu lift. Dia mengatakan ada hal maha penting yang ingin dirinya sampaikan. Sebelum saya bergegas pergi, dia membuat pengakuan yang membuat tawa saya pecah.

Lip, horor banget nih. Bulan lalu gw ketemuan teman SMA yang tak pernah bersua sejak kami lulus. Dua kali bersua, kita jadian. Sekarang gw pusing, dia minta kawin.”

Melihatnya tak henti menggaruk kepalanya yang saya yakin tidak gatal serta menarik-narik ujung rambutnya, saya berhenti tertawa, dan membalas tanyanya. “Suka, ambil bro, kalo nggak, jangan digantung lama-lama.” Dia memutar badan dengan muka linglung, sepertinya tambah bingung.

Pengertian dan wujud horor bagi setiap orang itu berbeda. Apa yang dialami kawan ini belum tentu horor buat orang lain, terlebih sang pacar yang (tak sengaja) melancarkan teror tanpa menyadari bahwa itu horor.

gereja katolik pulau galang, kamp pengungsi pulau galang

Namanya pak Filipus, saya menemuinya berbincang sendiri di depan Immaculate Conception Mary Church, Pulau Galang. Seseorang menemaninya berbincang siang itu ;)

Kuping saya sudah terbiasa dihinggapi tanya penasaran seputar kehororan acap kali berkenalan dan bersua dengan orang yang baru mendapat bocoran kesenangan saya menyusuri jejak sunyi. Pernah nggak sih bertemu yang HOROR?

Pernah, tapi dulu waktu masih SMP, mata saya terpesona pada kuntilanak membuat kaki terpaku ke dalam lumpur susah diajak berjalan. Pada waktu itu, bersama setengah dari teman sekelas disertai beberapa orang guru, kami melayat ke rumah bapak wali kelas yang nun di balik bukit. Sebelum berangkat, ayah saya yang tahu wilayah tersebut mewanti-wanti untuk turun gunung sebelum matahari tenggelam.

Saat itu musim hujan. Untuk mencapai rumah duka, setengah perjalanan dilalui dengan kendaraan, sisanya trekking melalui pematang sawah dan hutan bambu yang berdiri rapat-rapat. Kami terperangkap di sana karena hujan yang tiada henti berlarian di kampung itu. Pk 19.00 kami baru pamit, berjalan dalam rombongan besar lalu terpencar menjadi kelompok kecil karena jalur trekking yang dilalui membuat beberapa kaki kepayahan melangkah. Ada yang berjalan jauuuuh di depan, ada yang tertinggal di belakang. Saya termasuk dalam kelompok yang berjalan di depan, tiga laki-laki yang tiada henti bersenda gurau, empat perempuan yang berusaha mengimbangi langkah mereka ditutup oleh pak Ben, guru olah raga.

Tak satu pun dari kami yang membawa alat penerang, nekat menyusuri hutan bambu yang pekat dengan mengandalkan insting, mengikuti jalan tanah yang gembur. Pada sebuah persimpangan di tengah rapatnya bambu-bamu itu berdiri, di belakang ada tambahan satu anggota rombongan. Dia memperkenalkan dirinya lewat tawa nyaring menyela obrolan seru kami. Karena kuping saya terlalu sensitif terhadap bunyi-bunyian tak biasa yang terkadang muncul dengan tiba-tiba, saya yang pertama menyadari kehadirannya bertanya kepada pak Ben, siapa yang menyusulnya di belakang? Bukannya menjawab, dengan suara bergetar kami disuruh, “Jalan cepat-cepat, jangan toleh ke belakang!

Selepas persimpangan, kami memilih jalan yang menurun tapi anggota baru tersebut berhenti dan tawanya yang semula renyah lambat laun melengking kehilangan nada dasar. Penasaran, saya balik badan tepat saat tangannya terangkat dan mulai melambai-lambai sambil terus melantunkan lagu dengan lirik yang itu-itu saja … Iiihiiihiiiihiiiii … iihiiiihiiii … hiiiii.

Paaaaaak! Itu siapaaaaaaa?”
Nggak ada siapa-siapa. Jalan! jangan berhenti, cepaaaat!”

Kaki saya terpaku di dalam lumpur, tak bisa bergerak dengan mulut melongo terus memandangi perempuan berbaju putih yang berdiri beberapa langkah di belakang pak Ben. Gelapnya hutan membuat wajahnya tak terlihat dengan jelas.

Pak, ada yang menyusul di belakang.”

Pak Ben akhirnya ikut menoleh ke perempuan yang masih terus melambai-lambai di belakangnya dan spontan bertanya, “Siapa situuuuu?

Iiihiiihiiiihiiiii … iihiiiihiiii … hiiiii

Liipppp, buruaaaaan!” teman saya memanggil tapi kaki saya sangat susah dilangkahkan, terhalang rok span. Saya masih berusaha memutar badan saat kedua lengan saya disentak, ditarik oleh dua orang kawan membuat tubuh ringan saya terangkat, digeret paksa lalu buuukkkkkzzz, jatuh terjerembab ke tanah, kehilangan keseimbangan karena licin. Setengah badan saya sudah penuh lumpur, dari kaki kaku, tangan gemetaran hingga suara bergetar tapi kami malah terbahak merasa lucu sendiri. Teman saya tak kehabisan akal, mereka dua perempuan di kelas yang cukup berotot. Tangan saya ditarik, diajak berlari menuruni jalan becek membuat kaki dua kali terpeleset dan meluncur di jalan berlumpur. Hari itu saya yang kecentilan, bersumpah tak lagi-lagi mengenakan rok denim selutut yang membuat ruang gerak kaki menyempit.

Antara lelah, badan gemetar menahan dingin (dan takut) serta takjub dengan kejadian yang baru ditemui, mulut saya nggak henti-hentinya tertawa mengimbangi lengkingan perempuan berbaju putih yang masih saja terdengar tapi wujudnya menghilang dari pandangan.

Di depan rumah pertama yang kami jumpai, kami berhenti sebentar, mengumpulkan tenaga yang habis dipacu. Seorang perempuan menyembul dari balik pintu, rambutnya kusut seperti baru bangun tidur, suaranya pelan berbisik.

Sudah malam dek, jangan berisik. Kalau berjumpa seseorang atau melihat sesuatu di depan, jangan teriak-teriak, diamkan saja dan jalan terus.”

Perempuan itu buru-buru menutup pintu rumahnya, mungkin dia sudah memindai pikiran saya dan mengetahui niat yang baru terlintas untuk menumpang membersihkan badan.

cerita horor kembang kuning, erveld kembang kuning

Bocah-bocah ini ‘ngerjain saya di Kembang Kuning. membuat mata berair lalu macam orang kesurupan mencari tempat peristirahatan Papa Mamanya

Cukup sekali mengalami dan terpesona dengan pemandangan tadi. Kesenangan menyusuri jejak sunyi melatih rasa untuk lebih peka terhadap dunia mereka. Di setiap tempat perhentian yang dikunjungi, mereka yang tak terlihat di sana, suka sekali bercanda. Kamera saya dua kali jadi korban. Saat hendak membidik ke satu titik, selalu gagal fokus lalu mati tapi saat mencoba ke titik yang lain, kamera berfungsi dengan baik. Bukan masalah teknis, tapi ada seseorang atau lebih yang tak ingin wajahnya terekspos hingga ke dunia maya karena dunia mereka adalah maya. Kejadian pertama di pucuk Benteng Amsterdam, Hila, Maluku Tengah; yang kedua di toilet vintage sebuah hotel di Surabaya.

Masih di Surabaya, bulan Juni lalu ketika sedang mengerjakan proyek (kuburan) di Kembang Kuning, saya dikerjain oleh lima bocah. Saat bersiap untuk pulang, kaki saya tak bisa dihentikan melangkah ke blok yang dikhususkan bagi anak-anak. Entah apa yang terjadi, yang saya tahu emosi saya nggak karuan dan hanya bisa mengusap air yang menderas di pipi di depan salib-salib kecil yang tegak di depan saya. Matahari lagi garang-garangnya, dan mereka menahan saya berjemur kehausan. Karena penasaran, saya berlari ke kantor mencari data mereka dan tersadar, mereka ketakutan karena jauh dari Papa-Mamanya. Ternyata, kedua orang tua mereka ditempatkan di blok yang terpisah jauh dari anak-anaknya.

Bila mengingat rekam jejak perjalanan, sebenarnya yang lebih sering dikerjain adalah yang menemani berjalan. Kawan saya di Aceh disambut orang-orang berbaju hitam saat saya mengajaknya berkunjung ke satu tempat. Dia merasakan ada hawa panas yang mengaliri setengah badannya, sementara di saat yang bersamaan hati saya adem, damai dan tenang berada tempat itu.

Belajar dari pengalaman, setiap kali bertandang ke satu tempat baru yang asing, jangan lupa untuk meminta ijin. Ingat pepatah; dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung. Disadari atau tidak, mereka ada walau kadang tak mewujud, saleum [oli3ve].

*****

Tulisan ini adalah bagian dari #PosbarHOROR Travel Bloggers Indonesia setelah seru-seruan berbagi kehororan di grup WA. Penasaran dengan horor yang lain? Baca juga kisah mereka ya:


SmescoNV 2015, Ajang untuk Belajar dan terus Berjalan

$
0
0

Kekuatan media sosial sebagai kanal menjual diri (brand) telah mendorong kenaikan angka pengguna internet penghobi jalan untuk membangun blog dan membuka akun – akun di jejaring sosial.

Apakah itu cukup untuk menjadikannya eksis yang berkesinambungan?

agustinus wibowo, titik nol

Agustinus Wibowo, Show Don’t Tell bangkitkan imajinasi pembacamu

Setiap orang dapat menjadi penulis perjalanan tanpa perlu pergi jauh bahkan keluar dari rumah. Cukup amati apa yang ada di sekitar rumah, pilih dan pilah bagian mana yang hendak dibagikan dan menginspirasi pembaca. Hal ini diungkapkan oleh Agustinus Wibowo, penulis buku perjalanan Titik Nol, pada Smesco Netizen Vaganza 2015 (SmescoNV) Minggu (27/09/2015) lalu.

Tulisan perjalanan adalah narasi dari sebuah perjalanan yang diolah secara kreatif dengan tujuan untuk menarik dan memainkan imajinasi pembaca. Untuk menghasilkan sebentuk karya cerita nonfiksi kreatif, setiap pejalan (dan penulis) semestinya mengenal dan paham Basic Travel Writing.

Pembukaan adalah bagian yang paling penting yang menentukan langkah pembaca apakah akan meneruskan membaca atau melupakan bacaannya. Karenanya, pemilihan kata yang digunakan harus bisa mengajak pembaca langsung merasakan imajinasi yang ingin disampaikan oleh penulis. Nggak ada orang yang sekali datang ke pelatihan menulis pulangnya langsung menerbitkan sebuah buku. Semua ada prosesnya, semua ada jalannya. Berikan kesempatan kepada dirimu untuk menulis jelek, agar kamu belajar proses menghasilkan tulisan bagus. Berpedomanlah pada unsur penting yang menopang sebuah tulisan kreatif: deskripsi, narasi dan kontemplasi. Fokus dengan apa yang kamu tulis, lihat apa yang ada di sekitarmu, sampaikan fakta, jangan pernah mengabaikan riset, dan berkreasilah.

Sacha Stevenson

Sacha Stevenson, gali kreativitas manfaatkan semua yang ada di sekitarmu

Apa yang disampaikan oleh Agustinus, dipertegas oleh Sacha Stevenson, youtuber yang memperkenalkan tutorial How to Act Indonesian. Sacha berbagi Tips dan Trik Video Blog menceritakan bagaimana proses pembuatan video pertamanya. Video itu direkam di atap rumah kosnya dengan mengandalkan video kamera biasa, memanfaatkan properti yang ada seperti ember, bangku sebagai pengganti tripod, tikar, helm serta senter untuk lighting. Di sini kreatifitas yang bermain. Bagaimana memanfaatkan apa yang ada di sekitar kita, diramu sedemikian rupa, serta disisipi pesan yang mengundang imajinasi orang yang melihatnya.

SmescoNV adalah salah satu kegiatan yang diprakarsai oleh Smesco Indonesia  dengan mengajak netizen berkegiatan di Gedung Smesco, Jakarta agar mengenal lebih dekat tempat yang menjadi Rumah Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM). Selain Agustinus Wibowo dan Sacha Stevenson, pemateri lain yang mengisi SmescoNV adalah Raiyani Muhamarah yang berbagi Still Life Photography dan Yeyen Nursjid yang membagikan tips How to Monetize Your Socmed.

smesco, galeri ukm

Lokal Brand Lebih Keren di Galeri UKM

galeri ukm, paviliun papua smesco

Sampai di Papua

Di sela-sela waktu jeda SmescoNV, peserta yang datang dari kalangan pelajar, mahasiswa dan umum berkesempatan untuk menikmati galeri UKM dan melihat langsung ragam karya seni etnik Indonesia dalam satu hari tanpa perlu berkeliling ke semua propinsi. Ingin kopi Gayo, bertandanglah ke paviliun Aceh, mau mengoleksi koteka? berjalanlah ke paviliun Papua dan pilih ulir-ulir yang kamu suka, jatuh cinta dengan sarung Bugis yang warnanya memikat mata? datang langsung aja ke paviliun Sulawesi Selatan atau senang dengan kerajinan tangan dari manik-manik? jangan lewatkan paviliun Kalimantan. Bagi penggemar wastra Nusantara, ada banyak pilihan batik, tenun dan songket yang dapat kamu pilih dan bawa pulang.

Keliling nusantara dalam sehari, bisa! Salah satu bukti tak perlu jauh dari rumah untuk memulai perjalanan bukan? Ingin tahu lebih banyak apa saja yang ada di galeri UKM? Tak perlu menunggu ada kegiatan di Smesco untuk datang berkunjung karena galeri dibuka setiap hari dari pk 10.00 – 21.00 wib.

SMESCO Indonesia
Gedung SME Tower
Jend Gatot Subroto Kav. 94, Jakarta Selatan 12780
Telp (021) 27535454

galeri ukm smesco, smesco, paviliun lampung

Pengunjung memilih busana di paviliun Lampung

kopi ulee kareng, kopi gayo

Ulee Kareng, langsung dari Aceh

Melihat keseharian penghobi jalan yang merangkap netizen berpengaruh dengan membagikan perjalanan dan mengenalkan potensi wisata Indonesia lewat blog serta media sosial mereka; tidaklah mengherankan jika keberadaan blogger saat ini sangat diperhitungkan oleh para pengusaha yang menggandeng blogger sebagai rekanan media dalam mengenalkan usaha, layanan serta brand (termasuk re-branding produk) mereka.

Apa yang perlu dilakukan oleh seorang netizen adalah kenali panggilan jiwamu, konsisten dengan tujuan, berinteraksi dengan lingkungan dan warga lokal serta tak lupa untuk membaca. Teruslah berjalan dan belajar, pelajaran penting yang didapatkan dari SmescoNV, saleum [oli3ve].

*****

Kunci menulis bagus adalah tak henti belajar menulis, terbuka kesempatan buat belajar nih. Usai SmescoNV, Smesco mengadakan lomba menulis blog dengan tema Lokal Brand Lebih Keren untuk memenangkan laptop, smartphone dan sejumlah uang tunai. Detail lombanya silakan dibaca di gambar berikut:

syarat lomba blog smesco, smesconv


Pesan dari Kedai Kopi

$
0
0

Dapatkah engkau mengerti (dengan mudah) makna yang tersirat pada kata demi kata yang berbaris rapi dalam sebentuk kalimat yang terangkai dalam bait-bait puisi? Dapatkah engkau memahami pesan yang disampaikan seorang pujangga pada goresan puisinya, saat dia menuangkan rasanya? Gelisahkah ia, tersenyumkah ia, bersukakah dirinya?

Pernahkah engkau mencoba memahami makna, lewat alunan musik dan suara yang lembut membuai rasa, lalu berderap dan melengking di ujung-ujung kata? Pernahkah terbayang, bagaimana merangkai nada pada potongan kata dalam sebentuk puisi, memilih tinggi rendah nada untuk kata pertama, kedua dan seterusnya; meramunya menjadi paduan harmonisasi agar pesan sang pujangga tersampaikan dengan runut tak kehilangan makna?

AriReda, Ari Malibu, Reda Gaudiamo, Musikalisasi Puisi

AriReda @CoffeeWar

Serangkaian pertanyaan itu riuh menari-nari di dalam batok kepala mencoba melerai kekusukan panca indera yang dilenakan oleh petikan gitar dan getar suara yang mengalun pada Warming Up Concert AriReda di Coffee War, Sabtu malam (10/10/15) lalu.

Di antara lalu lalang hantaran kopi, petikan jemari Ari Malibu pada dawai gitar menghadirkan bunyi yang memadu dengan suara bening Reda Gaudiamo. Alunan nadanya diracik sedemikan rupa sehingga menghasilkan komposisi yang tertangkap dengan indah di gendang telinga. Suara meninggi Reda ditimpali suara rendah Ari dan sebaliknya, bahkan pada ujung-ujung kata tertentu, ada lengking meninggi nan nyaring. Paduan bebunyian yang diolah oleh otak dan dipancarkan melalui gelombang getar pada ujung-ujung saraf yang menggerakan energi rasa dan memenangkan jiwa.

Musik membantu relaksasi otak, bermanfaat sebagai terapi penyembuhan ragam penyakit. Ini bukanlah suatu pengetahuan yang baru, tapi sudah berlangsung sejak dahulu kala. Pada jaman Daud, melodi yang lahir dari petikan jari lentik Daud pada dawai-dawai harpa dan merdu suara serulingnya adalah terapi paling manjur pelepas kegundahan Raja Saul.

Mendengarkan lagu kesukaan merangsang otak untuk melepaskan senyawa penghantar sinyal  yang berperan dalam mengatur pergerakan, pembelajaran, emosi, daya ingat, kesenangan dan ketenangan. Karenanya, ketika lelah dengan keseharian yang memadat, ambillah waktu sejenak dan mendekatlah pada alam. Nikmati desah angin mengelus dedaunan, debur ombak memecah pantai, candaan cengkerik memecah malam, atau dendang riang burung menyapa pagi yang menenangkan dan menyejukkan jiwa.

album arireda, arireda, msikalisasi puisi

Album baru AriReda

Kembali ke AriReda, malam minggu di kedai kopi berkumpul dengan para sahabat yang datang dari berbagai generasi, menikmati lagu kesenangan sembari menyesap kopi, berbincang di pergantian lagu, berbagi sapa lewat tawa meski tak semua saling mengenal. Kekuatan (seni) musik, menyatukan generasi, memadukan rasa dan bernostalgia dengan kenangan. Di hari yang sama, AriReda meluncurkan sebuah album baru untuk para sahabat yang telah lama menanti; AriReda Menyanyikan Puisi.

Ada kekuatan yang sanggup menahan bersila di ubin telanjang selama 3 jam tanpa bergeser. Tapi bagaimana bisa, kaki yang biasanya kram kala bersila 15 menit saja, dapat bertahan dengan tenang selama itu? Saya yakin karena energi yang dipancarkan dari larik-larik puisi yang bernada dan menenteramkan itu.

Coba saja dengarkan potongan bait-bait puisi yang mereka lagukan di SINI, jangan bilang kamu tak menyukainya.  Bila engkau hanyut dibuainya, bagikanlah pada mereka yang juga merindu ketenangan.

Hari ini, AriReda berangkat ke Frankurt. Mereka akan membagikan energi yang memadu dalam musikalisasi puisi di perhelatan dunia; Frankurt Book Fair 2015 dan beberapa kota lain di Eropa. Bravo AriReda, selalu bangga pada kalian, saluem [oli3ve].


Global Guide to the Best Time Hotel Deals

$
0
0

Beberapa hari ini pikiran senang sekali mengembara pada sebuah mimpi yang mendadak mekar, membuat kepala berdenyut-denyut. Pertemuan dengan beberapa orang yang cukup berpengaruh dalam membangun mimpi belakangan ini membangkitkan ide yang agresif. Butuh kesabaran super untuk mengendalikan ide yang berlarian ke sana kemari bak kijang dilepas dari kandang merindu tempat untuk bermain agar tak hilang arah.

Ingin keliling Eropa.

Ya, ya … kamu pasti akan mengatakan keliling Eropa saja nggak akan bikin kamu tersesat Lip! sudah banyak koq yang melakukannya dengan memanggul backpack. Tapi, aku tak ingin sekadar berjalan, menghampiri kota A dan berpose di depan ikon kotanya, lalu bergegas mengunjungi kota B dan makan di tempat yang diimpikan semua orang. Aku, aku hanya ingin menghirup jejak-jejak yang pernah ada, yang masih tersemat di lekukan kota, tercecer di dalam reruntuhan bangunan, serta tersebar di sudut-sudut taman kota yang sepi.

Belum usai mimpi itu beria-ria, satu mimpi yang lain menari-nari mengelilingi ruang hayal. Ingin bersegera menari di pucuk asa, Afrika Selatan. Kebanyakan atraksi yang unjuk kesenangannya, membuat tali kekangnya harus dimainkan dengan gemulai agar mereka tak blingsatan menghamburkan energi tak tentu arah.

Kutenangkan dan kuajak mereka untuk berhenti sejenak. Bersama kami duduk diam memandangi gambar berwarna-warni agar imajinasi tak kabur. Apa yang harus dipersiapkan sebelum kita semua tersulut dan kehabisan tenaga?

survey harga kamar agoda, agoda smart study

Sumber data Agoda.com

Berdasarkan hasil studi terhadap data pemesanan kamar hotel di 25 destinasi populer dunia periode Agustus 2015 yang dikeluarkan oleh Agoda.com minggu lalu (12/10/2015), harga kamar hotel yang murah ditawarkan pengelola hotel pada dua minggu pertama Januari. Di akhir tahun, kamar hotel melunjak pada September dan Oktober, saat high season.

Kalau melihat gambar di atas, harga kamar hotel di beberapa kota Eropa seperti Paris, Berlin, Roma, Amsterdam, Barcelona, Stockholm dan London pada pertengahan Maret lebih murah 20% dari harga rata-rata yang biasanya ditawarkan.

Kenapa mesti mempelajari harga kamar hotel? Karena, alokasi biaya yang cukup besar saat perjalanan akan terkikis oleh akomodasi jika tak diperhitungkan dan dianggarkan dengan baik.

Bagi pejalan yang terbiasa berjalan dengan membuat trip planning calender, harga adalah faktor penting dalam menentukan kapan dan kemana mereka hendak beranjak. Karenanya, John Brown, Chief Operating Officer Agoda.com, berharap data yang dikeluarkan oleh Agoda dapat membantu pejalan untuk memaksimalkan pengaturan dana perjalanan mereka.

Pergilah ke Berlin pada Januari maka kamu akan menghemat harga kamar 51% dibanding bila bepergian di September. Dari Berlin mau lanjut ke Barcelona, kamu pun akan menghemat dana perjalanan untuk akomodasi karena pada Januari harga kamar 49% lebih murah dari harga rata-rata. Cape Town dan Sydney memberikan penawaran harga kamar hotel yang lebih murah ada Juni dan Juli, meski pun Juli tergolong high season.

Hal yang berbeda akan kita jumpai bila bepergian di sekitar Asia. Harga kamar hotel di sebagian besar destinasi populer Asia, konsisten dengan harga yang sudah dipatok sehingga tak akan ada perbedaan harga yang besar. Contoh, diskon kamar terbesar yang bisa kamu dapatkan jika bepergian ke Hongkong pada Mei dan Juni hanya 11% dari harga kamar yang ditawarkan pada bulan lainnya.

Hmm … jadi kapan saat yang tepat untuk bertandang ke Eropa dan Afrika Selatan? Eng ing eeeengggg, tergantung siapa yang mau menjadi supporter. Sebelum ada pengakuan, mari kita buat saja Kalender Rencana Perjalanan dengan mengingat perubahan tanggal perayaan hari raya besar seperti Idul Fitri yang berpengaruh pada rate hotel serta menghindari Oktober, karena harga kamar di mana-mana cukup tinggi pada bulan tersebut. Tapi, nggak menutup kemungkinan juga jika ada yang keceplosan mengajak ke Frankfurt Book Fair 2016, kan? saleum [oli3ve].


Menepi di Senyapnya Taman Indria Purwokerto

$
0
0

Bayu tak banyak bicara, surya pun hanya mesem saat aku beranjak dengan Dwipangga menuju Purwokerto, menggeret segudang tanya yang tiada henti berputar membuat kepala meringis. Apa sih yang menarik dari Purwokerto sehingga harus dikunjungi? Jika melintas di pikiran saja tak pernah, untuk apa mencari tahu keunikan ibukota Banyumas, Jawa Tengah ini?

Hampir lima jam perjalanan dan aku tak berhasil mengumpulkan memori yang bisa membuatku sedikit saja membebaskan diri dari tanya yang terus saja mengusik.

bu kasur, kuburan bu kasur, taman kanak-kanak indria

Sudah lama tak disapa

Waktu mengingatkanku, terkadang hanya perlu menjejak di satu tempat dimana jejak masa pernah bersandar agar engkau tersadar bahwa jejak itu pernah ada. Di peron stasiun Purwokerto, satu per satu memori yang menepi di sudut yang paling sepi perlahan beranjak pada ingatan masa perjalanan dengan Kereta Api Terakhir.

Satu-satu, aku sayang ibu
Dua-dua, juga sayang ayah
Tiga-tiga, sayang adik kakak
Satu-dua-tiga, sayang semuanya

Pernahkah di masa kanak-kanakmu mendendangkan lagu di atas? Atau minimal kupingmu pernah merasakan iramanya?

Bagi generasi yang lahir pada 1960 – 1980, yang konsumsi lagu masa kanak-kanaknya penuh warna, yang tontonan sorenya program Taman Indria di TVRI, saluran televisi satu-satunya pada masanya; pasti tak asing dengan lagu di atas. Tentu pula tak akan asing dengan suara teduh dan masih menyimpan kenangan pada alunan suara serta gerak tubuh pengasuh acara Hip Hip Ceria di RCTI dulu, Ibu Kasur.

Lahir di Batavia (sekarang Jakarta) pada 16 Januari 1926 dengan nama Sandiah. Jika kemudian lebih dikenal sebagai Ibu Kasur, itu karena dirinya menikah dengan pemuda Soerjono yang dijumpainya di Kepanduan Indonesia (sekarang Gerakan Pramuka Indonesia). Soerjono disapa dengan Kak Soer yang lama-lama menjadi Kasur. Pergeseran masa menjadikan panggilan itu lekat sebagai Pak Kasur dan bagi pasangannya; Ibu Kasur.

kaliori, makam bu kasur, bu kasur, pak kasur

Makam keluarga Pak dan Bu Kasur di Kaliori, Purwokerto

Pasangan ini selalu merindu anak Indonesia bertumbuh, bermain dan belajar melalui lagu yang sesuai dengan usia mereka. Lagu mendidik yang mudah dicerna dan gampang dimengerti oleh anak-anak. Karenanya, pak Kasur dan bu Kasur yang mendedikasikan hidupnya untuk pendidikan dasar anak, membuka Taman Kanak-kanak Mini di rumahnya pada 1968 serta giat menciptakan lagu sederhana yang sarat pesan untuk anak-anak.

Aku menghampiri gerbang kecoklatan yang memagari pekarangan di tepi jalan di jelang gerbang Goa Maria Kaliori. Warna coklatnya lahir dari perpaduan warna cat yang telah pupus dan karat yang menggerogotinya.

Sebuah gembok karatan melingkar dan menggantung di jerujinya. Sebelum memutuskan untuk memanjat pagar, rasa penasaran mengajakku untuk terlebih dahulu memastikan gemboknya terkunci rapat atau hanya digantungkan di sana. Nyatanya, memang tak dikunci. Karat telah merusak fungsi anak kuncinya sehingga si gembok dibiarkan saja menggantung tak diganti. Di sisi kanan tegak pendopo, satu-satunya bangunan di dalam pekarangan itu dengan 16 tiang  penopangnya. Debu menebal yang melapisi ubin hitamnya mempertegas keberadannya jarang disapa.

Hanya ada dua cungkup bisu di sana. Terdiam bersisian, tak ada lagi suara kanak-kanak yang bersemangat mengikuti gerak lagu, tak ada lagi tepuk sorak yang mengiringi alunan nada. Semua terdiam dalam sepinya.

pak kasur, bu kasur, taman kanak-kanak indria

Peristirahatan Pak Kasur dan Bu Kasur

Bangun tidur ku terus mandi,
tidak lupa menggosok gigi,
habis mandi ku tolong ibu,
membersihkan tempat tidurku

Ingin hati beranjak menyapu dan mengepel lantai berdebu itu. Namun tak kujumpai sebatang sapu atau pun kain pel yang bisa dipakai. Aku teringat tempat IBU di bukit sana, meski tersembunyi di pucuk bukit namun selalu bersih dan bebas dari debu, membuat badan betah untuk berbaring di atasnya.

Pak Kasur meninggal pada 26 Juni 1992. Setelah kepergiannya, Ibu Kasur terus melanjutkan langkah dan cita-cita mereka di jalur pendidikan dasar anak tanpa pernah memikirkan berapa rupiah yang akan didapatkan. Passion, panggilan jiwa memanglah tak bisa dilawan.

bu kasur, pak kasur, taman kanak-kanak indria

Anak TK jadul yang senang menemukan jejak guru TK-nya (doc. Lita Jonathans)

Cinta menautkan hati mereka di Bandung, cinta pula yang tetap menyatukan mereka di Kaliori, Purwokerto. Hari ini, 13 tahun yang lalu; 22 Oktober 2002 Ibu Kasur pun dipanggil pulang oleh Sang Khalik untuk mengasuh taman kanak-kanak di Surga, saleum [oli3ve].


Manuskrip dari Aceh

$
0
0

Aku beringsut dari balik selimut di saat sebagian besar penghuni bumi lebih memilih untuk meringkuk di kehangatannya. Saat gelap masih menyelimuti cakrawala dan dingin sedikit menusuk, aku memilih mengantri di depan petugas bandara. Menunjukkan boarding pass, bergegas memanggul Meywah dan Onye mencari tempat bersandar untuk memejamkan mata sebentar saja. Namun, sebentar menjadi sangat langka.

Di ruang keberangkatan, obrolan tentang perjalanan tak dapat ditampik mengisi waktu penantian terbang saat bersua dengan Vera, teman berjalan. Ya, stasiun bus/kereta, terminal keberangkatan/kedatangan, dan destinasi yang dilalui adalah tempat para pejalan dipertemukan. Pertemuan di tangga toilet ruang keberangkatan membuatku sebentar  lupa pada kantukku hingga penantian itu berakhir jua pada pk 05 kurang sedikit ketika pengeras suara memanggil calon penumpang yang akan terbang ke Medan dan Banda Aceh masuk ke pesawat.

perpustakaan ali hasjmy, ali hasjmy, perpustakaan banda aceh, zentgraaff, sejarah aceh

Menyelami Aceh di Perpustakaan dan Museum Ali Hasjmy, Banda Aceh

Duduk di sebelah jendela, membuatku leluasa untuk menikmati pergantian hari dan cuaca di sepanjang perjalanan. Di sebelahku, dua perempuan muda yang juga hendak pulang ke Aceh. Dari menguping pembicaraan mereka, sepertinya ini perjalanan pertama mereka ke kampung halaman. Mereka saling bertanya apa yang hendak dilakukan jika sampai di Medan, akankah turun dari pesawat atau bagaimana? Kubiarkan saja mereka berbincang dalam bingung hingga seorang pramugari menghampiri. Aku hanya ingin bersendiri menikmati perjalanan ini. Pulang ke Nanggroe, ke tempat asa pernah disemai bersama, menjumpai IBU yang telah menunggu.

Ngapain ke Nanggroe?”

Pertanyaan itu tak pernah usai kau, dirinya dan mereka dengungkan. Saat engkau ingin menghapus semua jejak yang pernah ada, gairah itu bangkit menantangku untuk bergulat dengan egoku. Aku harus pulang, meski tak semua orang dapat mengerti dan mau memahami pilihan itu. Menepi sejenak dari hiruk-pikuk kota, pergi tanpa perlu banyak yang tahu hendak kemana. Cukup DIA yang tahu, aku tak dibiarkanNYA berjalan sendiri.

Perjalanan tak melulu tanpa kendala meski langkah terayun tiada kendali. Selalu ada cara bagiNYA membuat langkah berhenti sejenak agar irama berjalan selaras dengan ayunan tali kendali dalam genggamanNYA. Jika engkau tak mau dituntun, bebaskan saja dirimu dariNYA dan berjalanlah sendiri menuju asamu. DIA tak kan menahanmu karena DIA menjunjung hak kebebasan tak mengikat. BagiNYA, hidupmu itu pilihanmu.

Pagiku disapa kabut asap yang menunda pendaratan di Kualanamu, Medan. Empat puluh lima menit kami berputar di udara menikmati cakrawala yang dipoles bedak kabut, putih pucat seperti muka tak dialiri darah sebelum menjejak bumi. Beku dan dingin. Kututup Manuskrip yang Ditemukan di Accra, yang menemaniku terbang, menyimpannya ke dalam saku Onye dan beranjak dari bangku mengikuti langkah mereka yang mengantri keluar dari badan pesawat. Tak perlu menunggu lama untuk melanjutkan perjalanan ke tujuan yang diimpikan. Kakiku yang baru menjejak di tanah, kembali diajak bergegas oleh teriakan petugas bandara yang mengarahkan langkah menuju jalur transit tanpa sempat menikmati anggunnya ruang terminal bandara Kualanamu.

manuskrip yang ditemukan di accra. quote paulo coelho

Manuskrip yang Ditemukan di Accra, menemani perjalanan kontemplasi ke Nanggroe

Penerbangan Kualanamu – Banda Aceh sangat mulus, langit cukup ceria memaparkan birunya. Kk Linda menyambutku di pintu kedatangan Sultan Iskandar Muda (SIM). Raut mukanya tak banyak berubah, hanya sedikit lebih gelap dan berkerut dari pertemuan dua tahun lalu. Senyum lebar tak bisa kutolak saat seorang kerabat kk Linda menghentikan langkah kami ke pelataran parkir,”ini anaknya ya kk?” Ho ho ho .. berasa anak kuliah pulang ke rumah. Obrolan itu berlanjut dalam bahasa Aceh yang hanya bisa kutebak-tebak arahnya, berbagi kabar.

Berita terkini seputar Nanggroe diceritakan kk Linda dalam perjalanan dari Blang Bintang menuju rumah alm. Prof. Ali Hasjmy, tempat yang menjadi tujuan utama pagi itu. Menyusuri Blang Panyang, sebuah bangunan besar dengan tiang-tiang kekar di Lampeunerut mengalihkan pembicaraan. Ouwh, rupanya inilah Meuligo Wali Nanggroe yang dibangun sejak 2013 dengan dana 35 milyar, dan menuai banyak kritik dari aneuk negeri. Melewatinya seperti melihat gedung balaikota di Jakarta saja. Yang membedakan, kiri kanannya masih ada sepetak dua petak sawah bukti dia berdiri di luar Jakarta.

Bang Azhar membebaskanku untuk menikmati rumah keluarga Hasjmy yang telah dijadikan perpustakaan dan museum. Semua koleksi buku ditempatkan dalam lemari yang saling memunggungi dan berhadapan di ruang depan dan tengah yang terbuka. Tiga ruang lainnya diisi dengan koleksi foto, lukisan, manuskrip dan benda-benda berharga milik sang profesor. Kubuka lebar-lebar daun lemari yang berisi buku-buku dalam kelompok Adat Budaya Aceh, dan meraih buku bersampul merah yang menarik perhatian. Aceh karya H.C. Zentgraaff sangat menggoda untuk diselami. Tuturannya yang tak terelakkan mengajakku mengatur janji dengan bang Azhar agar diijinkan kembali esok pagi meski perpustakaan tutup di akhir pekan. Wassalamu’alaikum, nazarku dikabulkan olehNYA. Selalu ada jalan ketika niatmu tulus untuk melangkah.

Kamu tahu apa yang menarik dari buku Aceh (judul aslinya Atjeh) itu? Ia menguak memori pada manuskrip yang kubuka di ruang arkip Tun Sri Lanang, Bangi, Malaysia, penghujung 2013 lalu. Adakah mereka saling menjalin masa?

universiti kebangsaan malaysia, arsip aceh, manuskri aceh di malaysia, perpustakaan malaysia

Ruang Arkib Perpustakaan Tun Sri Lanang, Universiti Kebangsaan Malaysia

Tun Sri Lanang diangkat sebagai uleebalang (raja) pertama Samalanga oleh Sultan Iskandar Muda atas desakan Putroe Phang. Samalanga mengingatkanku pada syair Samalanga yang dirangkai sebagai penyemangat oleh pendeta Izaak Thenu pada 1901 untuk para serdadu bumiputera (marsose) yang melakukan serangan ke Samalanga, Aceh Utara.

Aku merenungkannya saat menyepi di Bukit Malahayati jelang senja. Saat raguku tersampaikan di depan IBU yang seperti biasa dengan sabar mendengarkan semua keluh kesah. Meski mata tajamnya tak dapat menyembunyikan asa yang terus terpancar pada masa, menelisik ke dalam hati; senyum penuh kasih tak lepas dari bibirnya. Kulihat IBU tak meragu pada panggilannya menerabas masa, akan lahirnya generasi yang kan teruskan rangkaian asa. Di saat yang sama, aku meragu pada langkahku sendiri, pada harap yang membubung tinggi dan jalan berliku yang harus ditempuh. Haruskah kuhentikan langkah bila perlahan semua rahasia alam ini tersibak di depan mata? Semakin penuh kepala ini dibuatnya, semakin sulit menghindari panggilannya.

Kalah dalam pertempuran, atau kehilangan semua yang kita anggap milik kita, akan membawa kita pada saat-saat penuh kesedihan; namun setelah semua itu berlalu, akan kita temukan kekuatan tersembunyi dalam diri kita masing-masing; ketangguhan yang mengejutkan dan membuat kita lebih menghargai diri sendiri – [Paulo Coelho]

asa untuk nanggroe, harapan untuk nanggroe, monumen tsunami aceh

Asaku tak kan pernah padam, padamu Nanggroe

Tak ada yang terjadi secara kebetulan jika semua sudah digariskan untuk dilalui. Raguku menggamang saat kujumpai nama Izaak Thenu di Peutjoet, beberapa jam sebelum beranjak ke SIM. Pula kutemui jejak Laksamana Pasha Khiszir Reis di pelataran Ma’had Baitul Maqdis di Gampong Bitai. Kamu tahu siapa dia kan?

Ratusan tahun nyawaku berkelana, berjalan melewati abad titian masa, mencari jiwa putih dan hati bersih. Untuk menguak kembali bahwa aku pernah ada. Bersama angin menembus batas ruang dan waktu – [Perempuan Keumala, 346]

Langkah telah diayun. Perjalanan ini kembali pada akarnya, sebuah kontemplasi untuk kembali memupuk asa. Semoga kelak di satu masa ketika hati kita telah berdamai dengan dirinya; di ujung jalan yang kini sama kita tempuh berlawanan arah; kita kan bersua untuk satukan rasa, saleum [oli3ve].

Sedikit catatan penting:

  • Pendeta Izaak Thenu adalah pendeta pasukan Belanda di Aceh, meninggal di Kutaraja pada 10 Mei 1937. Syair Samalanga, disimpan di Museum KNIL Bronbeek Arnhem.
  • Tun Sri Lanang, dikenal sebagai pujangga Melayu; namanya diabadikan sebagai nama jalan, gedung sekolah, perpustakaan di Malaysia serta penghargaan di bidang sastra di Singapura. Keturunan Tun Sri Lanang tesebar di Indonesia dan Malaysia (Johor, Pahang, Terengganu).


The Pade: Petiduran Elok di Kaki Seulawah

$
0
0

Wangi tanah basah yang mendesah lamat-lamat lewat celah-celah pintu menggairahkan pagiku. Aaaahhh, aroma itu. Tak bisa kutampik hasrat tuk menghirup dan memenuhi rongga paru-paru dengan wanginya yang merindu. Ia mengajakku meninggalkan peraduan, bersegera membuka lebar daun pintu yang membatasi ruang petiduran dengan balkon.

the pade hotel, hotel di nanggroe

Pemandangan Minggu pagi di balkon kamar The Pade, meski kabut asap turun di Nanggroe tetap menggairahkan dengan Gunung Seulawah yang samar di sana

Ooooh maaaaaaaak!
Takjub aku pada lukisan pagiMU, mengajak pagiku:

menyelami sapa rindu cengkerik pada semu merah mentari yang diselimuti kabut
menikmati senda gurau bangau yang beramai-ramai beranjak bekerja melintas di depan mata
dihibur celotehan sekelompok bebek yang berbaris di pematang sawah di bawah sana
dibuai pelukan bayu yang bergerak lembut mencumbu pori-pori

hingga, pagiku hanyalah senandung puja bersama Semesta, mensyukuri setiap irama pada jantung yang masih berdetak oleh anugerahMU

i pray we’ll find Your light
and hold it in our hearts
when stars go out each night
eternal light will shine

let this be our prayer
when shadows fill our day
lead us to a place, guide us with your grace
give us faith so we’ll be safe

Selamat pagi Nanggroe. Berikan pancaranmu untukku menikmati perjalanan masa menyusuri jejak yang pernah ditinggalkan di sini.

the pade hotel, hotel di banda aceh

Kamar deluxe dengan pojok favorit yang membuat betah membaca di tepi pembaringan hingga jelang pagi

Meski kabut asap sepagian menyelubungi Nanggroe dan membuat punggung Seulawah hanya samar terlihat dari balkon kamar 3404, mata tetap betah memandanginya. Tanpa sadar, membandingkan hijaunya Bukit Barisan yang menyegarkan kemarin siang kala langit masih biru dan aku melaju ke Lamreh. Harapku, esok pagi kabut asap segera berlalu dari Nanggroe agar Seulawah dapat kunikmati sepuasnya di Lampeunerut.

The Padé, sesuai namanya, taklah mengherankan bila pot-pot kecil berisi benih padi nan hijau menghiasi tempat pertemuan yang ada di hotel. Benih hijau itu akan menyambut langkahmu saat menyapa meja resepsionis sebelum disuguhi welcome drink, yang akan kau jumpai pada meja-meja untuk bersantai di teras  serta meja makan di restoran menunjukkan semangat untuk setiap harimu. Bahkan pilar di restoran pun dihiasi dengan seikat padi menguning penanda setiap jerih payah dan lelahmu akan menghasilkan buah yang siap dituai selama engkau mau berdaya upaya dan berserah  padaNYA.

the pade hotel, hotel di banda aceh

Padi ada dimana-mana

Kamarku di lantai tiga, menujunya dapat dengan meniti anak tangga atau lift, melewati selasar yang berangin. Salah satu kamar pilihan di The Padé, ia berada di tengah-tengah deretan kamar di lantai teratas dengan pemandangan gunung dan sawah yang tersaji di depan mata sejak pintunya dibuka.

Kamar berpendingin dengan dipan yang besar, ruangan yang lega. Sebuah sofa di sudutnya untuk bersantai dan meja panjang minimalis dilengkapi dengan sebuah tivi tipis yang menemani melihat berita dari luar sana. Bila dahaga memanggil di malam hari, teh dan khupi tersedia di dalam kamar siap diseduh.

Kurang greget? Bila perut masih kriuk-kriuk dan lidah ingin menyesap sajian Nanggroe, berjalanlah sedikit ke kanan; pergilah ke Rumah Makan Masam Keu-Eung atau ayun kakimu beberapa langkah ke kiri hotel untuk menikmati secangkir khupi di Kedai Kopi Solong. Tapi ingat, pulanglah sebelum pk 23.00 karena perempuan nggak boleh terlihat berlama-lama hingga larut di kedai kopi. Bisa kena razia kamu, Lip!

Satu lagi yang kusenangi di kamar ini adalah, kamar mandi dan toiletnya bersih. Perlengkapan mandinya lengkap membuatku betah berdiam di bawah pancuran air hangat setiap usai berkegiatan di luar dan pulang ke hotel di malam hari.

the pade hotel, hotel di banda aceh

Amenities yang lengkap

Pesona Seulawah dan sapaan Semesta menahanku berlama-lama di luar. Aku baru beranjak dari balkon jelang pk 07.00, bergegas mandi dan turun menikmati sarapan. Segelas jus pepaya, semangkok sereal, segulung telur dadar, sedikit nasi dengan ikan ditemani sayuran yang ditutup dengan secangkir khupi itam menjadi pilihan sarapan cepat. Pagi ini memenuhi sebuah janji pertemuan di tengah kota maka tergesa kutinggalkan hotel usai sarapan.

Untuk menggapai tengah kota, aku menumpang becak motor dari depan hotel yang mengantarkan ke tujuan sembari mengobrol banyak hal dengan abangnya. Jadi, tak perlu khawatir untuk bepergian.

Pagi keduaku, kuluangkan waktu untuk menikmati hotel bernuansa Timur Tengah yang berdiri di pinggir Leupung ini lebih lama. Setelah sarapan, aku turun ke pekarangan belakang mengikuti petunjuk yang tersemat di dinding taman: Jogging Track dan Swimming Pool.

Sempat meragu saat kujumpai jalan buntu dengan sebuah pintu besi yang tertutup rapat. Pikirku, tak mungkin mereka memberi petunjuk yang salah; maka kudorong saja perlahan pintu itu agar tak berderit.

the pade hotel, hotel di banda aceh

Petunjuk ke kolam renang dan jogging track, di ujung sana ada pintu besi berwarna hijau. Dorong aja untuk melihat keajaiban di balik pagar ;)

Ooohhhh Maaaaaaakkkkk! Pematang sawah yang sedari kemarin melambai-lambai terhampar di depanku. Kuikuti gerakan segerombolan bebek yang berlenggak-lenggok di ujung pematang, tak lepas bercanda turun ke dalam sawah. Tak mau kalah dengan mereka, aku pun bersorak meneriakkan pintaku

we ask that life be kind
and watch us from above
we hope each soul will find
another soul to love

let this be our prayer
just like every child
need to find a place
guide us with your grace
give us faith so we’ll be safe

the pade hotel, hotel di banda aceh

Jalur trekking di pematang sawah, kelihatan kan ada punggung Seulawahnya?

Puas bermain di tepi sawah, aku berharap satu hari nanti bisa kembali ke sini saat padi menguning dan para petani menuai hasil sawahnya. Saat itu, kan kudendangkan bait ini … potong padi ramai-ramai hai kawan, ani-ani dikerjakan semuaaaa. bila tiba waktunya, mari kita pulang ke rumah …

Aku berbalik melangkah pulang ke hotel, mendekati sebuah pintu besi lain yang sedikit terbuka, mengintip ke dalam dan menemukan sebuah kolam renang dengan airnya yang menggoda siap melumat lekuk tubuh yang telah lama tak berolah raga.

the pade hotel, hotel di banda aceh

Siap-siap terjun yaaaa

The Padé
Jl Soekarno Hatta No 1
Desa Daroy Kameu Lampeunerut
Aceh Besar, Nanggroe Aceh Darusalam

Telp. 062-651-49999 Fax. 062-651-47999
Email: info@thepade.com

the pade hotel, hotel di banda aceh

Selasar untuk bersantai sembari menikmati kopi/teh dari coffee shop

Memandangi kecibak-kecibuk air setiap kali tubuh yang direndamnya bergerak, mengingatkan pada kisah perjalanan yang juga tak lepas dari cibak-cibuk sekeliling. Saat merenungkan perjalanan ini, memoriku berputar pada semangat yang membawaku terus berjalan; teringat pesan sang pemberi pesan:

Kita tidak akan menang bila kita masih terus mengingat semua kekalahan – [Cut Nyak Dien]

Karena ingin mengulang dan menikmati perjalanan bersendiri awal 2013 lalu, aku bersendiri pulang ke Nanggroe untuk sebuah kontemplasi. Tak pupus syukurku karena mendapatkan tempat tinggal yang membuat lelahku sirna acap kali bertemu dengan petiduran di malam yang memekat. Percayalah, setiap langkahmu telah diaturNYA, tak ada yang terjadi secara kebetulan, saleum [oli3ve].


Infinito Singers dan Segalariak Senandung Ulayat

$
0
0

Bagi generasi yang menikmati masa kanak-kanak dan remaja di era 1980 hingga 1990an, yang tontonannya Aneka Ria Anak-anak Nusantara pada jaman slogan … TVRI menjalin persatuan dan kesaaaaatuuuuaaaan … sangat akrab didengar dan didendangkan; tentulah tak asing dengan lagu Cublak Cublak Suweng, Ular Naga Panjangnya, Kakak Mia, Ampar-ampar Pisang, Injit-injit Semut; lagu tradisional yang dinyanyikan kala bermain.

infinito singers, injjit-injit semut, dolanan anak nusantara

Infinito Singers saat membawakan lagu dolanan anak nusantara, Injit-injit Semut

Ada berapa banyak anak-anak Indonesia sekarang yang dolanan sembari menyanyikan atau minimal mendengarkan lagu-lagu tersebut? Berapa sering kita masih merindukan generasi sekarang mengakrabi nada-nada riang pada syair lagu sepanjang masa itu?

Runtutan beberapa tanya berkeliaran di dalam kepala kala bibir turut berdendang saat mendengarkan dentingan piano bersahutan dengan suara gembira sekelompok pelantun lagu di atas pentas. Tak hanya bernyanyi, kepala, badan, tangan dan kaki mereka pun ikut bergerak riang mengikuti irama.

Pada lagu Ular Naga Panjangnya, mereka bernyanyi sembari membentuk dua kelompok bermain ular naga. Percaya nggak bahwa permainan ini adalah salah satu permainan untuk melatih sensomotorik anak? Dengan bermain ular naga panjang sambil bernyanyi, kepekaan panca indera si anak akan dilatih, dirinya dituntut untuk dapat melakukan gerakan yang terarah serta berinteraksi dengan lingkungannya. Sangat berbeda dengan kenyataan yang kita jumpai sekarang, ketika anak mulai rewel dan minta bermain maka orang tua akan menyodorkan gawai untuk.mendiamkan anaknya.

Medley Dolanan Nusantara menjadi rangkaian Senandung Ulayat yang dibawakan oleh Infinito Singers pada Minggu (01/11/2015) malam dalam konser tahunannya di Usmar Ismail Hall, Jakarta. Sesuai tema konser yang bertujuan untuk mengangkat dan memperkenalkan syair khas dari beberapa etnis di dunia; mereka pun membawakan lagu khas dari beberapa etnis negara lain seperti Fatnamen Vuelije dari Skandinavia yang menjadi lagu pembuka konser, Waltzing Matilda dari Australia, atau Izar Ederak dari Basque.

Terlepas dari interaksi yang sesekali dilakukan oleh Irzam, sang konduktor dengan penonton di pergantian lagu, tak kurang dari 28 lagu mereka bawakan tanpa jeda. Di sela-sela konser, Irzam pun dengan terbata-bata menyampaikan bagaimana proses yang dirinya jalani hingga sampai pada titik dimana diri dan timnya sekarang berada.

Seorang penyanyi bisa bernyanyi dengan suara bagus tapi nggak mengerti notasi sama saja dengan orang yang bisa membaca tapi buta warna.

Sindiran halus yang dilontarkan coach Marthin Saba di satu sesi latihan paduan suara pada satu akhir pekan itu, terngiang saat mendengar curhatan Irzam. Rentetan  kata yang terlontar dari mulut coach masih lebih lembut terdengar di kuping dibanding komentar yang diterima oleh Irzam dari Bonar Sihombing saat hendak bergabung dengan kelompok paduan suara di Universitas Trisakti beberapa tahun yang lalu.

Bilang sama teman kamu, bodoh boleh-boleh saja tapi kelewat bodoh jangan dipelihara. Kira-kira begitulah pengertian pesan yang dititipkan oleh Bonar dalam bahasa Batak lewat temannya untuk disampaikan kepada Irzam.

Irzam Rajasa Dastriansyah, infinito singers

Irzam Rajasa Dastriansyah

Tidak semua orang memiliki mental yang siap menerima kritik dan belajar untuk menjadi lebih baik seperti Irzam. Mungkin dia dulu memang bodoh, tapi pesan itu telah menempa Deputy Chorus Director PSM UI Paragita ini menjadi salah seorang konduktor bertalenta yang dimiliki Indonesia. Andai saja pesan tersebut ditelan mentah-mentah oleh Irzam; saya terlalu yakin tak akan pernah ada kelompok suara sopran, alto, tenor dan bas yang berpadu mendendangkan ragam lagu dengan suara yang bersih dan gerak yang gemulai seperti yang disajikan malam itu. Dan tentu saja, Infinito Singers tak akan pernah tercatat dalam perjalanan karir musik seorang Irzam Rajasa Dastriansyah.

Tidak mudah untuk memadukan perbedaan dalam satu kelompok yang besar. Namun, perjalanan waktu telah menempa dan membuktikan kemampuan yang terasah. Lewat Senandung Ulayat, Infinito Singers kembali tampil maksimal, memberi yang terbaik bagi para Infiniters. Selamat  menjelang 10 tahun Infinito Singers! Saleum [oli3ve].

*Segalariak (bahasa Basque), Basque adalah salah satu etnis di timur laut Spanyol yang bermukim di antara wilayah otonomi Perancis dan Spanyol.


BerHoliday In[n]spirasi Jantung Jakarta

$
0
0

Inspirasi bisa datang dari mana saja. Saat berdesakan di dalam bus kota, tergesa mengejar commuter line, berbincang dengan seseorang di dalam mimpi bahkan kala sedang bengong sendirian di toilet. Namun, terkadang inspirasi jual mahal dan tak kunjung menampakkan diri. Ketika hanya bayang semunya yang hadir, cobalah untuk  mencari keriaan lain yang dapat membangkitkannya dari mati suri. Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk menggelitik rasanya, membaca buku kesukaan misalnya. Atau, beranjaklah sejenak dari tempatmu biasa merenung dan ganti suasana kerjamu.

holidayinn_wahid12

Membaca, salah satu cara mencari inspirasi

Siang itu beberapa buku kesukaan ditenteng ke jantung Jakarta. Sebagai pengguna transportasi publik, TransJakarta menjadi armada pilihan yang mengantarkan langkah hingga ke perhentian Sarinah. Penghargaan yang dalam pada pengasuhnya, membuat Soekarno mengabadikan nama Sarinah pada gedung pencakar langit pertama yang hadir di Jakarta pada 1962 itu. Sekarang di sekelilingnya berdiri angkuh gedung-gedung yang berlomba untuk meninju langit Jakarta. Keluar dari perhentian bus, kaki diayun ke arah Tanah Abang.

Sebagai pejalan yang banyak perhitungan, lokasi strategis menjadi salah satu poin penting dalam memilih tempat untuk mencari inspirasi. Karenanya, Holiday Inn Express Wahid Hasyim, hotel keempat InterContinental Hotels Group yang dibuka pada November 2015 lalu menjadi tempat perhentian. Meski berdiri di tengah keseharian kawasan Thamrin yang disibukkan dengan hiruk pikuk kendaraan dan lalu lalang para urban tak membuatnya gerah. Senyum ramah dari petugas keamanan hingga sambutan hangat petugas di lobi menyejukkan siang itu. Setelah mendapatkan kunci kamar, langkah bergegas untuk bersegera menikmati kesenangan.

Saat petang, pemandangan dari jendela kamar yang menghadap ke perempatan Wahid Hasyim – MH Thamrin tak terlalu padat. Hanya beberapa gelintir kendaraan yang berlalu lalang, serta TransJakarta yang terlihat berlarian setiap sepuluh menit sekali. Di seberang Sarinah, lampu Djakarta Theater mulai berkedip mesra. Kututup gorden dan mengalihkan pandangan ke tempat tidur queen di tengah kamar yang tampak nyaman dibungkus dengan seperei putih. Ia melambai-lambai penuh godaan, mengajak untuk berlayar ke pulau impian. Tak ingin terlena, muka segera dibasuh dengan air hangat sembari menjerang air panas untuk menyeduh secangkir kopi hitam yang tersedia  di atas meja demi menghalau kantuk.

Ketika malam menjelang dan lapar mulai mendera, di sekitar hotel banyak tempat kuliner untuk memanjakan lambung. Berjalanlah sedikit saja ke Jalan Sabang untuk mendapatkan aneka makanan yang aromanya menggelitik ujung lidah. Bila ingin mencicipi rasa di dalam ruang yang berpendingin, pilihlah restoran atau tempat jajan di pusat perbelanjaan yang bertebaran di Sudirman – Thamrin. Kalau pun enggan untuk pergi jauh; pesan GoFood aja. Manfaatkan fasilitas WiFi gratis dan cepat yang dapat diakses dari lobi hingga kamar untuk tetap  berkegiatan dari dalam kamar. Beres kan?

Click to view slideshow.

Holiday Inn Express Wahid Hasyim
Jl K.H. Wahid Hasyim No 123
Jakarta 10240
Reservasi online: 1 803 011 3456

Bagaimana dengan sarapan? Jangan khawatir, meski namanya express, sarapan nikmat sudah termasuk di dalam harga kamar. Express Start bagi kamu yang ingin duduk tenang menikmati makan pagi dan bagi kamu yang terburu-buru; Grab & Go membantumu tetap menikmati  sarapan membungkus makanan pilihan untuk sumber energi. Kurang banyak? Di lobi tersedia camilan yang dapat dibeli dan dibawa berjalan atau  sebagai tambahan camilan bila waktunya dipakai untuk bekerja di kamar. Dua buah Mac  juga tersedia di lobi untuk berselancar jika kamu bosan bekerja di dalam kamar. Bagi yang sedang melakukan perjalanan bisnis dan mengharuskan untuk menginap beberapa hari, tersedia pula Self-Service Laundry untuk mencuci pakaian kotor yang bisa diakses 24 jam lengkap dengan peralatan untuk menyeterika.

Di Minggu pagi jika tak malas, bergabunglah dengan warga Jakarta menikmati car free day sembari berolah raga di sepanjang jalan Sudirman – Thamrin. Jangan lupa mampirlah ke beberapa destinasi wisata Jakarta yang ada di sekitar hotel seperti Monas, Museum Nasional, Museum Taman Prasasti, Senayan atau berwisata belanja di Grand Indonesia, Sarinah dan Tanah Abang. Semua tempat itu dapat dijangkau dengan berjalan kaki saja dari hotel. Bila ingin lebih jauh sedikit, bermainlah ke kota tua dengan menumpang TransJakarta. Kalau pun enggan untuk beranjak, manfatkanlah ruang kebugaran untuk menyegarkan badan.

holidayinn_wahid08

Sleeping not beauty

Karena akhir pekan ini hanya ingin diisi dengan bermalasan, pada sebuah pojok di lantai 8 Holiday Inn Express Wahid Hasyim, kaki dipangku, hati disenangkan dengan melahap lembar demi lembar buku kesukaan yang membawa angan melayang ke ujung Sumatera. Ingin menggali inspirasi yang perlahan bias? manjakan diri dengan kesenangannya, saleum [oli3ve].


Chez Bon: Kelana pada Sebuah Masa

$
0
0

Lelah menghantarkan kaki menyusuri kelap-kelip Bragaweg mencari satu kamar untuk beristirahat malam itu. Muda-mudi berpasangan keluar masuk kedai, tawa mereka pecah meretas malam. Musik pengantar keriaan berdentum dari sebuah kedai kopi yang tampak semarak. Di depannya, seorang perempuan muda tertunduk lesu. Mungkin dirinya sudah terlalu lelah menanti kekasihnya yang tak kunjung menjemput. Pada sisi kedai Kopi Oey kutemukan sebuah papan berkelip memberi harap akan tempat untuk merebahkan badan, Chez Bon.

chez_bon_03

Dipan untukku di Chez Bon

Satu kamar berukuran besar berisi delapan dipan susun ditunjukkan oleh seorang petugas yang berjaga malam. Serasa berada di dalam kamar asrama dengan dipan-dipan tinggi yang diatur berderet dan berhadapan sehingga masih ada ruang kosong di bagian depan pintu dan di antara dipan yang cukup lega utuk berlalu lalang.

Menurut lelaki berkulit putih yang bertugas di bagian penerimaan tamu, kamar berukuran kecil sudah penuh. Yang tersisa hanyalah ruang kamar ini. Aku tak terlalu menginginkan kamar untuk  bersendiri tapi ruang ini terlalu luas untuk dihuni sendiri. Entah membaca pikiranku, lelaki itu buru-buru menyahut sembari menyodorkan kunci kamar,”Nanti ada temannya tiga orang koq mbak yang tidur di kamar itu.” Kepada lelaki lain yang sedang menyesap kopi di ruang sebelah dirinya bersuara,”Jang, Large Room.”

Large room adalah kamar berkapasitas 16 orang, masing-masing penghuni menempati dipan bersusun. Kamar yang lebih kecil Medium Room memiliki tiga dipan susun atau dapat diisi oleh 6 enam orang sedang yang terkecil Small Room dapat dihuni 2 orang dengan satu dipan susun. Yang unik, kamar mandi dan toilet di dalam kamar hanya tersedia untuk Large Room, sedang kamar-kamar lain kamar mandi dan toiletnya di luar kamar. Meski Bandung dinginnya terkadang menggalau; setiap kamar di Chez Bon dilengkapi dengan AC.

chez_bon_04

Empat dipan yang rapi itu akhirnya hanya terisi 2 orang

Aku berpikir, bila gelap semakin pekat, akan bertambah sepilah jalan di depan hostel. Ternyata tebakanku kurang jitu. Saat bergegas ke gerai di seberang hostel untuk membeli sabun cair, kulihat semakin ramai pulalah mereka yang berkeliaran di jalan itu. Sebagian yang letih berjalan, berhenti sejenak mengistirahatkan tungkai kaki dengan duduk-duduk pada bangku yang berderet di sepanjang pedestrian.

Kamar yang sepi. Dipan-dipan yang bisu dan bunyi berderit saat dipannya diduduki menyambut hadirku. Sepeninggal si Ujang yang hanya mengantarkan hingga ke depan pintu, aku bersendiri memindai setiap sudut kamar dengan pikiran berkelana pada satu masa. Pada perjumpaan sesaat di pagi sebelum engkau beranjak dari Bethel yang menyisakan jejak yang terus membayangi setiap langkah. Sudah kusampaikan kesalku pada hari yang terlalu cepat bergulir tuk menahan gelap agar waktu bagi kita masihlah panjang untuk bercengkerama. Meski akhirnya, waktu jualah yang melerai perbincangan kita.

Setelah membasuh badan di kamar mandi yang luas dengan ubinnya yang dingin, aku hanya ingin lena dalam mimpi. Kunyalakan lampu baca di sisi atas dipan, membuka lembaran Jugun Ianfu yang menemaniku berjalan seharian ini untuk memancing kantuk. Entah jam berapa aku lelap, resahku sedikit terganggu ketika suara-suara perempuan yang kupikir keluar dari buku bacaan semalam yang hadir di kamar ini. Ternyata, mereka adalah tiga perempuan yang saling berkenalan karena perjumpaan di bilik Chez Bon.

chez_bon_01

Chez Bon! Wilujeng enjing, Bandung ;)

Berkunjung ke Bandung untuk tempo yang singkat mestilah mempertimbangkan banyak hal terutama waktu dan pilihan tempat untuk beristirahat jika mendadak malas pulang larut ke Jakarta. Waktu yang ada hendaknya dimaksimalkan dan diisi dengan keriaan yang bermanfaat bagi kesegaran otak.

Chez Bon
Jl. Braga No.45, Bandung , Jawa Barat 40111
Telp +62-22-4260600
Twitter @IdChezBon

Click to view slideshow.

Pagi hari usai berbenah, dengan semangat baru aku bergegas ke lantai atas untuk  menyiapkan sarapan. Setangkup roti selai kacang stroberi, telur mata sapi dan secangkir teh manis panas (yang suka kopi juga tersedia kopi yang siap seduh) menu sarapan yang tersedia pagi itu pun meluncur ke lambung. Chez Bon! Wilujeng enjing, kumaha damang? saleum [oli3ve].


Lupakan Hujan di Little Swiss

$
0
0

Semasa di bangku sekolah, saat ujung nama bulan mulai menyisakan BER, pertanda siap payung sebelum hujan. Namun hari-hari belakangan ini, dogma itu tak berlaku karena hujan pun enggan turun di hari seharusnya dia datang. Lebih sering, ia mendadak menjerit-jerit ketika hadirnya tak diharapkan.

Becek, alas kaki hingga badan kuyup, menuju tempat berllibur nggak nyaman, tak bisa leluasa berfoto bersama alam, tak dapat melihat pemandangan yang cantik dan ragam alasan yang membuat semua rencana bisa berantakan saat si hujan hadir. Benar apa betul? Berapa kali kau enggan berjalan ketika hujan ingin turut? Takkah ada inginmu sesekali mengajaknya serta, menemanimu mengisi hari?

museum satwa, museum di malang

Museum Satwa, Batu, Malang

Hujan datang kambing lari .. potongan bait yang sering dikumandangkan Ibuku semasa kecil dulu setiap kali hujan berlarian di pekarangan rumah. Aku bukan kambing, untuk apa berlari? Kalau mau libur ya berlibur saja, kenapa dirinya harus menjadi penghalang? Yang perlu kau pikirkan adalah, kemana dan dimana enaknya menikmati hari ketika bersama hujan.

Kesenangan mendapatkan tiket terbang murah dari Jakarta setelah menguyel-uyel si Wego, pagi ini aku kembali menyapa Paris van Oost-Java. Aku tak peduli pada hujan yang bergegas menyambut langkahku di Abdul Rachman Saleh. Kubiarkan derainya menyemarakkan pagi, mengajak kaki tuk berlari kecil mencari tempat berteduh sebelum dibuatnya kuyup.

Entah karena namanya atau memang seharusnya begitu, setiap kali menjejak di kota sejuk meski arti katanya nggak enak di kuping, Malang; hujan selalu menyapa hariku. Seharusnya, pagi ini aku berjalan ke Singasari menjumpai Gayatri. Tapi ingin itu harus mengalah agar hari tak berlalu tanpa makna. Hujan memaksaku, menyingkirkan sejenak keinginan berjalan di luar ruang dan memilih untuk menikmati ruang waktu.

Dari Parijs van Oost-Java, kuputuskan untuk melangkah ke lereng Arjuno dan Panderman. Ke kota peristirahatan para raja, De Kleine Zwitserland, Batu. Kamu pasti dapat menebak pilihanku tak jauh-jauh dari museum. Ya, iyalah … tiga tempat wisata yang dikelola oleh Jatim Park Group akan kulahap selama di Batu: Museum Satwa, Secret Zoo dan Museum Angkut. Tempat yang dapat dinikmati ditemani derai hujan tanpa khawatir dirinya kan membuatmu basah.

secret zoo, museum di malang, wisata malang

Secret Zoo, Batu, Malang

Sesuai namanya, Museum Satwa kan mengajak kita belajar menyelami dunia satwa lewat koleksi satwa yang didatangkan dari berbagai belahan duni seperti Brasil, Madagaskar, Amerika Selatan, Afrika, Australia, Papua New Guinea dan tentu tak ketinggalan dari kawasan Asia. Tak perlu kau sesali tak lolos casting Jurassic World karena di sini kau dapat berbincang aman dengan Tyrannosaurus dan Stegosaurus. Koq bisa? Karena semua koleksi satwa di sini telah diawetkan, jadi tak perlu khawatir diseruduk banteng, dililit ular atau disengat serangga berbisa.

Satwa-satwa itu dikelompokkan berdasarkan jenisnya, serangga yang merupakan hewan invertebrate (tidak bertulang belakang) menempati ruang Insectarium di bagian depan sedang kelompok hewan vertebrata (hewan bertulang belakang) seperti mamalia, reptil, aves berada di ruangan berikutnya. Tak usah khawatir bakal bingung di dalamnya, informasi yang kau perlukan tersaji di depan mata, tinggal kau serap ke dalam memorimu.

Untuk melihat satwa yang bergerak, berjalanlah ke Secret Zoo. Koleksi satwanya lucu-lucu menggemaskan daaaaan … hidup! Agar tak mengganggu pengunjung, mereka di tempatkan di dalam kandangnya masing-masing yang ditata sesuai habitat aslinya agar mereka betah. Burung-burung memiliki pohon untuk bermain, singa dan harimau memiliki pekarangan rumah untuk berkeliaran, ular punya sarang dan dahan untuk melilitkan tubuhnya, dan dengan beberapa satwa yang tak buas kita bisa berinteraksi langsung.

Ingatlah, hanya ada satu hal yang perlu kamu pahami ketika berada di dua tempat ini, waktu. Jangan salahkan dia saat dirimu terlalu asik bercengkerama di Museum Satwa dan Secret Zoo sehingga lupa untuk mere-charge energi dengan makan dan beristirahat yang cukup. Makanan bisa didapatkan di gerai makan yang ada di dalam kawasan wisata, tapi bila ingin menikmati kuliner Batu, carilah tempat makan yang bertebaran di sekitar sana. Sebagai penikmat museum, sepagi hingga sore kuhabiskan di dua tempat ini. Jadi, makan siang kesorean pun baru dijalani setelah puas berkeliling. Lalu, kapan berangkut ke Museum Angkut?

museum angkut malang, museum di malang, wisata malang

Museum Angkut, Batu, Malang (gambar : Laurentia Dewi)

Kadung sudah berada di Little Swiss, kenapa tak sekalian menikmati pergantian hari di sini? Tak ada salahnya memanjakan diri dengan menginap di penginapan. Ketersediaan kamar dapat kamu cek di hotel-hotel pilihan kota Batu. Saranku, nikmati liburannya saat yang lain sedang berkutat dengan pekerjaan di kantor, di hari biasa bukan di akhir pekan. Lepaskan semua lelah hari kemarin, beristirahatlah yang cukup. Esoknya, puaskan hari di Museum Angkut, menyusuri lahirnya ragam angkutan dan merasakan berada di kota-kota impian dunia.

hujan telah tiba
hujan telah tiba
horeee! horeee! horeeeee!

rengkuhlah tas dan payungmu
lupakan keluh kesahmu
libur telah tiba, libur telah tiba
hatiku gembira

keraton kasepuhan cirebon, keraton di cirebon, wisata cirebon

Anak-anak ini asik bercengkerama di bale-bale Keraton Kasepuhan Cirebon

Hujan tak akan menghentikan langkahku untuk berjalan. Usai dari Malang, aku telah menyusun langkah berikutnya menikmati Empal Gentong di Cirebon. Kembali hendak menyusuri jejak masa di Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, Taman Gua Sunyaragi dan heiii! tust me, aku ingin belanja batik di Trusmi.

Jadi, kenapa rencana perjalananmu harus berhenti ketika musim penghujan? Tahukah kau, hujan pun anugerah Semesta yang dengannya engkau dapat berbagi rasa? nikmati saja. Saleum [oli3ve].


Viewing all 367 articles
Browse latest View live