Ooo Maaaaak! sampai juga di Afrika!! Surprised, senang, haru ketika di siang yang terik itu kaki menjejak di Agadez. Meski menapak di bagian barat bukan di selatan Afrika, negeri yang selalu diidam-idamkan untuk disambangi. Perih yang merayap di permukaan kulit karena sengatan matahari mendadak hilang, terpana pada pesona Great Mosque of Agadez.
Adalah anugerah bisa menjejak dan mengagumi sebuah karya nan agung di kota yang dikenal dengan sebutan Kota Tanah Liat. Bangunan di kota ini sangat unik, karena semuanya dibangun dari campuran batu bata, lumpur dan tanah liat.
Setahun yang lalu, Agadez ditetapkan sebagai salah satu situs warisan dunia dalam pertemuan tahunan UNESCO di Pnom Penh (22/06/2013). Kota yang dibangun pada abad XV ini, tercatat dalam sejarah sebagai gerbang perlintasan perdagangan di Gurun Sahara.
Pada 1916 etnis Tuareq dipimpin Kaocen Ag Mohammed menyerang Agadez yang dikuasai oleh Perancis. Serangan berhasil dipatahkan oleh pasukan Perancis, Kaocen melarikan diri ke utara dan mati digantung di Libya pada 1919. Agadez menjadi koloni Perancis hingga Niger menyatakan kemerdekaan penuhnya pada 1960.
The Great Mosque of Agadez atau Masjid Agung Agadez, salah satu ikon kota tua Agadez. Dibangun dari campuran batu bata dan tanah liat, diplester dengan lumpur dan dikeringkan secara alami menggunakan panas matahari pada 1515. Sebuah menara berbentuk piramid setinggi 29 meter yang menjadikannya menara tanah liat tertinggi di dunia, menambah keunikan Masjid Agung Agadez. Tiga belas lajur kayu ditancapkan dan disusun berundak mengelilingi menara berfungsi sebagai penguat konstruksi bangunan sekaligus tangga menara.
Agadez adalah kota terbesar di Niger, Afrika Utara. 10% penduduk Agadez berasal dari etnis Tuareq (= the forsaken of God); etnis nomaden Afrika. Kini, Agadez terkenal sebagai jalur transportasi uranium dari daerah tambang yang ada di sekitarnya. Meski Niger tercatat sebagai salah satu produsen uranium terbesar dunia, kehidupan masyarakatnya sangatlah memprihatinkan.
Senang bisa mengunjunginya, walau sebatas terpaku di depan replika Masjid Agung Agadez, Pulau Man Wan, Terengganu, Malaysia. Berjalan dimulai dari sebuah mimpi, membangun asa satu masa akan menikmati alunan bombino dari musisi padang gurun Tuareq di Agadez. Saleum [oli3ve].
