Ada dua jenis sajian ayam goreng yang membuat saya terkekeh ketika menjejak di Nanggroe. Kali pertama mudik, diajak mencicipi Ayam Tangkap di Atjeh Rayeuk, Lueng Bata. Meski sebelumnya pernah mencicipinya di Meutiah, makan sajian asli di tempat asalnya memberikan sensasi rasa yang berbeda. Selang tiga bulan kemudian ketika berkesempatan mudik lagi, seorang rakan mengajak saya makan Ayam Lepas di samping RS Malahayati sebelum berlari ke bandara Sultan Iskandar Muda (SIM).

Memotret Ayam Lepas di kedai Ayam Lepas samping RS Malahayati, Banda Aceh (dok. Hadi)
Awalnya terpikir hanya perbedaan nama yang membedakan kedua ayam goreng ini, ternyata pengolahan dan sajiannya pun berbeda. Ayam Tangkap, potongan ayam kampung kecil-kecil digoreng dengan rempah-rempah khas Aceh, disajikan dalam timbunan dedaunan hijau nan renyah menebar wangi pandan. Sedang Ayam Lepas, berupa potongan ayam goreng biasa dengan pilihan tingkat kepedasan sambal yang disesuaikan dengan lidah pembeli.
Saya bukan penggemar ayam goreng, tapi memakan Ayam Tangkap bak menyedot ganja yang bikin ketagihan! Sore ini, rasa nagih itu mencolot ke permukaan lewat irama keroncong(an) yang dipersembahan oleh kampung tengah. Kemana mencari Ayam Tangkap nan nikmat di selatan Jakarta? Atjeh Rayeuk!
Wangi pandan tercium sejak pucuk hidung keluar dari taksi yang mengantar menyusuri Cikajang sebelum tersadar salah arah demi menemukan rumah yang disulap menjadi tempat makan di Ciranjang itu. Plang penanda tempat berdiri dalam sorotan lampu di kanan pintu masuk, Atjeh Rayeuk: Ayam & Bebek Tangkap.
Atjeuh Rayeuk
Jl Ciranjang 38, Jakarta Selatan
Telp 0878-8484-8892
@AyamTangkapAR
Meja-meja terlihat kosong, hanya tampak seorang ibu yang duduk membelakangi pintu masuk. Serasa dicucuk hidung, wangi pandan mengarak kaki mendekati dua lelaki yang tampak sibuk di dapur. Benar adanya, si abang sedang menyiapkan beberapa bungkusan ayam tangkap pesanan si ibu di meja itu.
Menyusuri pilihan menu yang tersedia di Atjeh Rayeuk menggirangkan perut, membuat mata kalap, bingung menentukan pilihan. Ingin mencicipi semua rasanya. Pada akhirnya, pilihan jatuh pada paket Ayam Tangkap, Mie Aceh Sapi Kuah, Es Timun, Es Teh Tarik dan Sambal Ganja. Saat menanti pesanan, salah satu pemiliknya Mbak Astrid muncul dari dapur, namun tak sempat bertegur sapa.
Paket Ayam Tangkap disajikan dengan semangkok kecil Gule Plieuk U (gulai daun singkong, sayang kurang rempah meski rasanya okeh) yang pas untuk satu orang. Potongan ayam gorengnya pun lembut renyah dengan aroma rempah yang meresap ke dalam daging, menyisakan rasa yang abadi di ujung lidah hingga cuilan terakhir. Hmmm … berasa makan di Nanggroe, hingga sensasi lezatnya Ayam Pramugari Blang Bintang pun menari-nari di pelupuk mata! Es Timun Serutnya menyegarkan tenggorokan dan Sambal Ganjanya membuat tangan berebut untuk menuangkannya ke dalam piring.
Bila di beberapa kedai makan, gambar di menu sering menipu; hal itu tak terjadi di Atjeh Rayeuk. Ini bukan promosi, tapi berdasarkan penelurusan rasa dan tampilan sajian di atas meja yang berakibat pada hadirnya pesanan penutup berupa sepiring Mie Aceh Sapi Goreng. Takkah mata tergoda menikmati sajian rasanya? takkah perut menggerutu merindu rasanya? Maaf, hari Minggu Atjeh Rayeuk tutup, selamat berbuka puasa. Saleum [oli3ve].
