Seharian kemarin jalan kecil di depan rumah macet parah karena selain digunakan sebagai jalan pintas oleh pengendara kendaraan bermotor, mendadak berubah menjadi lahan parkir. Teriakan tukang parkir karbitan bersaing dengan bunyi klakson dan deru kendaraan yang melintas menjadi hiburan jelang siang. Haiyaaaa, ada apa sih hari Minggu pagi sudah ramai?
Siangnya baru nyadar, oalaaaah … dua bulan ini kan tinggalnya di belakang Taman Pemakaman Umum (TPU) Karet! Terus? Kemarin itu adalah hari libur terakhir dan kesempatan warga untuk nyekar bersama keluarga ke tempat peristirahatan kerabatnya sebelum ramadhan!
Nyekar adalah tradisi yang umum dilakukan oleh masyarakat (muslim) Indonesia menjelang ramadhan atau lebaran dengan mendatangi makam kerabat untuk bersih-bersih dan mengirimkan doa untuk ketenangan mereka yang telah mendahului. Meski sebenarnya pemeluk agama lain juga melakukan kegiatan tersebut, hanya saja tidak semassal yang dilakukan oleh umat muslim.
Ketika mudik jelang natal pun saya selalu pergi ke villa mungil Papa di balik bukit untuk kerja bakti. Kalau pas natalnya gak sempat biasanya dirapel saat tahun baru, jadi sekali merengkuh dayung dua tiga pulau terlampaui hehehe. Selain pada hari raya keagamaan, ada pula yang punya kebiasaan mengunjungi makam keluarga pada hari-hari tertentu, misalnya saat ulang tahun, peringatan hari kematian, peringatan momentum bersejarah dan sebagainya.
Di samping nyekar ke peristirahatan keluarga, sebagian orang juga terbiasa berkunjung ke makam tokoh agama atau sosok yang diidolakan. Sebelum mudik ke Nanggroe pertengahan Juni lalu pun jauh-jauh hari saya sudah membuat jadwal bertandang ke tempat peristirahatan IBU di Bukit Malahayati. Malah sampai dua kali bermain ke bukit, pertama saat baru menjejak di bumi Nanggroe lalu keesokan harinya naik lagi.
Kenapa mesti dua kali? Kalau bisa tiap hari dijabani deh hahahaha *aneh ya?* Duduk diam dibelai bayu lama-lama mata gak kuat untuk zzz ..zz ..z …ya, saya PULAS di samping pusara Laksamana Keumalahayati! Wuiiiih record!! Pertama kali dalam sejarah perjalanan melangkah ke tempat senyap bisa-bisanya tidur dengan nyenyak tanpa rasa takut sama sekali di kuburan! Penasaran? Kapan-kapan ya saya ceritakan hahaha.
Kalau ke Nanggroe, coba deh jalan-jalan ke bukit Malahayati maka engkau akan tahu kenapa kami betah hingga tertidur di atas sana. Bukit itu teduh, tenang, damai, dari sela-sela daun randu yang tumbuh di sekeliling bukit kita bisa menikmati deburan ombak di kejauhan.
Kembali ke kemacetan di Karet kemarin, jelang senja saat keluar rumah mau ke gereja, tukang ojek yang sering mangkal di sebelah gerbang ngasih info,”mbak, macetnya bukan hanya karena orang nyekar ke makam kerabatnya tapi banyak yang antri nyekar ke tempat Uje (maksudnya Ustad Jeffry Albuchori) di Karet Bivak.” Ooooooh, paham deh kenapa sampai sore arah Tanah Abang padat merayap.
Sebelum lupa, buat teman-teman yang akan menunaikan ibadah puasa saya ucapkan Marhaban ya Ramadhan, Minal Aidin Walfaidzin, Tuhan berkati.[oli3ve]
